Selasa, 26 April 2011


Kita pesta besar hari ini….
Ramai…..
Tamunya bukan orang biasa….
Tapi penduduk langit…
Malaikat-malaikat yang mengitari….

Ini jamuan besar kawan…
Yang akan mengenyangkan hati-hatimu
Berpadu dengan cita rasa khusyuk

Siapkanlah pakaian takwa
Yang kaya dengan motif amalan yaumi
Di tambah pernak pernik mutaba’ah Quran

Pesta ini pesta akbar…
Disaat para malaikat merasa senang berdekatan denganmu
Begitu ikhlas mengamini doamu
Tak jemu mendengar ucapan-ucapan baik yang keluar dari mulutmu…

Pesta ini pesta akbar
Kau dengarlah…..!!!
Bermain dentang-denting robitoh
Berbunyi nada-nada kasih sayang…
Allah dekatkah hati-hati kita
Ya….
Allah dekatkan….

Selamat berpesta kawan…
Saatnya kau bersenang-senang ….
Sekali sepekan saja
Di majelis ilmu
Di majelis dzikir
Yang Allah Ridhoi


Pagi itu  terdengar suara gerobak di depan rumah. Aku yang sedang asyik menyapu halaman langsung menyorot siapa gerangan pemilik gerobak
“jun…….” hatiku bagai tersengat listrik.
Ada kenangan sepuluh atau sebelas tahun silam.
“ kamu pacar jun ya……??? hahahah…..” seloroh teman menjahili teman yang lain.
“ kamu tuh yang pacar dia….” Balasnya marah.
Ya begitulah….. nama jun selalu disebut-sebut walaupun masalah itu tidak ada hubungan sama sekali dengan jun.
Adakalanya hanya untuk bersenda gurau, agar bisa tertawa hingga terbahak-bahak dan senanglah hati mereka

Jun…..
aku mengenalnya hanya sebatas teman SD yang beda kelas. Bahkan aku lupa apakah pernah berbicara dengannya atau tidak…..
Kuceritakan sedikit tentang perawakan jun
berbadan kurus, tidak terlalu tinggi, kulit sawo matang, rambut hitam lurus, satu hal yang membuat jun berbeda….
Allah menciptakan geligi jun lebih maju dari teman lain. itu saja!!!
Dan ini yang sering jadi bahan ejekan...

Lanjut SMP….
Sangat jarang aku bertemu jun
Selentingan kudengar beliau tidak bersekolah lagi…
Masalah biaya (mungkin…..!!)

Setelah itu aku lupa apapun tentang jun…
Aku telah sekolah di luar kota dan tika pulang liburan semester menyaksikan pemandangan yang tidak biasa….
Jun bergelut lincah dengan gerobaknya
Tekun ia memungut sampah plastik yang terserak di jalan
Aku mencoba menatapnya lekat
Kusaksikan keringat yang luruh penuh semangat
Ada malu (mungkin!) dalam lubuk hatinya….
Saat mata kami bertemu
Kuberikan senyum terbaik, tulus dari hati…..
Serasa ingin menyapa, “ hai teman, lama kita tak sua…..”
Jun membalas senyumku sekenanya saja…
Ia cepat-cepat menunduk dan berlalu pergi…

“ Semoga Allah memberikan akhir cerita indah untukmu jun…..”
Kita sama, tiada beda……

(*tuk sebuah pertemanan yang telah Allah bingkai dengan begitu indah)

Aku ingin menjaga Tuhan
Dalam hening remang melabuh
Di sudut lentera jingga
Pada  debur sahutan ombak

Aku ingin menjaga Tuhan
Dalam hitam kelam menikam
Dalam lengking srigala hutan
Dalam dimensi taburan alam

Aku ingin menjaga Tuhan
Sampai letih ucap berujar
Sampai goyah tulang patah
Sampai percik darah terakhir

Aku ingin menjaga Tuhan
Biar bedih menyambat nadi
Sampai syahid aku berlari
Menunggu giliran mati

Aku ingin menjaga Tuhan
Karena hanya dengan itu
Tuhan menjaga aku

Jumat, 22 April 2011


 Tak kudapatkan cela yang paling besar pada diri seseorang selain kemampuannya untuk sempurna, tetapi ia tak mau berjuang meraihnya.” (Thayyib Al-Mutanabbi)

Berlalu sudah minggu-minggu padat…
Semua memadat, didesak-desakkan hingga dalam satu malam seluruh materi kuliah masuk ke dalam otak….
Kadang berasa mual yang sangat…
Mesti menghafal kalimat itu berulang-ulang….
Saraf simpatik dominan bekerja…. Stresss…..!!!
Mata mengantuk, tapi belum boleh tidur!
Belum boleh!!!

Nasyid pergerakan dihidupkan nyaring-nyaring
Biar berpacu semangat dalam hati
Sesekali ganti dengan nasyid bertema ibu-ayah
Biar ingat, kita jadi begini karena pengorbanan mereka

Sekarang LEGA….
Berkurang beban di kepala
Bisa dengan lincah mencet-mencet tombol notebook
Bebas berlayar ke negeri imajinasi

Ujian selesai…
UTS….
Ujian Tapi Senang……..

Allah selamatkan kamu
Allah selamatkan kamu
Allah selamatkan Kami semua
Allah selamatkan kamu
Selamat hari lahir kuucap untukmu sayangku

Hari kelahiranmu
Ku menanti penuh rindu
Saat detik masa berlalu
Tibalah riang di tunggu
 ( song-selamat hari lahir-Ae man)


Barokallahu fi miladik ibu tersayang
21 april 2011 sama dengan 49 tahun….
Wah… sudah hampir setengah abad….

Buk, kita jauh
Jadi….
Tak ada acara cium pipi
Tak ada acara makan-makan
Tak ada acara kasih hadiah
Yang ada hanya….
Ucapan selamat ultah melalui HP
Dan selaput doa seusai salat….

Moga keinginan kan jadi nyata
Moga tiap doa terijabah
Moga segala cita kan tercapai
Moga kesehatan melingkupi
Moga keimanan menyelimuti
Moga anak-anak ibu jadi anak solehah
Moga lancar rezeki….
Moga makin sayang sama ayah…..
Moga anak sulungnya cepat selesai kuliah dan pulang ke Bengkulu…..
Amin…..



Hari kelahiranmu….
Kunyanyikan lagu untukmu
Bersama rekan dan teman
Menyambut penuh girang

Hadiah sekalung doa
Buatmu insan yang kucinta
Di panjangkan umur
Tetapkan iman
Murah rezeki 
Sejahtera hendaknya
(song-selamat hari lahir-Ae man)


Rabu, 13 April 2011



Ketika berada diujung samudra. Debur ombak begitu kencang menerpa jiwa. Kuliput kapal nelayan nan riang dengan lentera,  indah bermandi cahaya. 

Jika air itu menenggelamkan, maka nafsu lebih menenggelamkan dari yang dikira. 
Sedang kita tak sadar sejauh mana tenggelam dalam nikmatnya pelesir ke negri nafsu. 

Kegagahan harta dan pangkat menyembelih naluri untuk memberi
Setiap fikiran hanya berujung untung atau rugi
Terkadang malah lupa kalau harta tak sepenuhnya milik kita
hanya titipan semata

Keelokan rupa merampas budi pekerti
Fikir diri paling sempurna
tapi ternyata ia kan luntur dimakan usia

Manusia tarkadang merasa punya semua daya tuk mengokohkan diri sebagai makhluk yang paling

Paling pintar

paling dibutuhkan

paling dicintai

paling paham

paling berderajat dimata Tuhan

Akan tetapi

sadarkah kita bahwa tak perlu jauh menilai diri, cukup bandingkan dengan itik yang mengantri rapi masuk ke kandang atau dengan iringan semut yang cupika-cupiki ketika bertemu…

Senin, 11 April 2011



Kadang kutakut dan gugup
Dan kumerasa oh…oh…  tak sanggup
Melihat tantangan di sekitarku
Aku merasa tak mampu

Namun ku tak mau menyerah
Aku tak ingin berputus asa
Dengan gagah berani aku melangkah
dan ternyata aku bisa

Aku bisa aku pasti bisa
Ku harus terus berusaha
Bila ku gagal itu tak mengapa
Setidaknya ku tlah mencoba

Aku bisa aku pasti bisa
Ku tak mau berputus asa
Coba terus coba
sampai aku bisa
Aku pasti bisa.......

Lagu personel AFI junior bisa jadi penyemangat dua pekan ini….
Man jadda wa jadda….
Selamat menempuh Ujian Tengah Semester kawan semua…
Kamu bisa, kamu pasti bisa!!!


Sabtu, 02 April 2011



“ yona dimana sekarang?.” Tanya mak mas (paman) dari handphone.
“ Di angkot mak, mau pulang ke wisma, ado apo tuh?.” Tanyaku balik
“ bisa pulang sekarang?.”
“ hmmm…..” aku menjawab lama.
“ bisa pulang sekarang nggak, kalau nggak ya nggak apa.”
“ kalau besok gimana mak?.”
“ sekarang ndak bisa yo?. Umi na….”
Sekarang jantungku berdebar kencang. Umi…..??!!!
“ umi lah pai…..” mak mas melanjutkan.
Seketika seluruh persendian rasanya ngilu. Umi lah pai…..
“ na…..” mak mas masih bicara
“ na…..” kali ini sedikit bertenaga.
“ yo mak…..”
“ bisa pulang?.”
“ ya… na buat surat izin dulu untuk kuliah dan praktikum besok.”
Umi lah pai….. umi lah pai…. Itu terus yang ada di benakku.

Ingat beberapa tahun silam saat bercengkarama dengan ibu.
“ buk, kenapa na panggil umi tuh umi, kenapa bukan nenek?.”
“ ya, yona dulu di ajari manggil nenek tidak mau, maunya panggil umi.” Jawab ibu sekenanya.
“ oh….itu karena ikut-ikut ibuk! Kalau sekarang na ubah aja jadi panggil nenek gimana buk?.”
“ ah… nggak usah, panggil umi aja! Biar umi tampak muda.”  
Begitulah,
Nenek aku panggil dengan sebutan umi.
Cucu umi yang lain menjadi follower, hanya beberapa orang yang setia memanggil nenek.

Dua tahun ini umi di diagnosa menderita hipertensi
Karena sempat jatuh, akhirnya tubuh umi melemah
Sempat tidak sanggup berjalan sendiri dan harus dipapah
Libur semester januari kemarin ibu datang dari Bengkulu, khusus untuk merawat umi.
Kurang lebih sebulan, setelah melihat perkembangan kesehatan umi yang membaik , ibu memutuskan pulang.
Ayah dan dua adikku tentu juga butuh ibu.
Ya…. mungkin itulah waktu terakhir ibu ber-birrul walidain kepada umi.
Aku saksikan ibu dengan sabar memandikan, menyisir rambut, memberi bedak, memasaki, menyuapkan, mengurut, dan  menjemur umi di  panas matahari pagi.
Suatu kali ibu menyuruhku membuat kentang  gulai putih untuk umi.
Aku pergi ke tempat umi dan menyuapinya dengan gulai buatanku.
“ nah mi, ini ona yang buat, makan yuk!.” Tawarku semangat.
“ ndak…. Ndak nio makan do.” Tolak umi serius
“ lah mi, jangan kecewakan cucu! Ayolah mi, dikit aja…. Ayo…. Duduk….!” Ajakku seraya membantu posisi duduknya.
“ ini pasti enak, buka mulut umi… ak…..”
Umi segan membuka mulut,
“ ak mi…. ak…” aku membuka mulut lebar agar ditiru umi.
“ nah…kan ini bagus, kenyang perut kita.” Ocehku ketika berhasil memasukkan suapan pertama….
Akhirnya aku berhasil menyuapi umi sebanyak 5 kali. Kerja bagus!!!

sabtu 26 maret 2011, saat terakhir aku bicara dengan umi melalui Hp.
“ halo mi. umi sehat?.”
“ nggak bisa jalan lagi.” Jawab umi tertatih
“ umi sabar ya!, banyak-banyak zikir biar hati tenang. Obat dokter jangan malas dimakan, biar tekanan darah umi terkontrol. Salat jangan pernah ditinggal ya mi!, Dengar na khan?... Salat sambil tidur nggak apa kok, sah!.” Nasihatku bertubi-tubi.
Umi menjadi pendengar yang baik, beliau menyanggupi seluruh permintaanku.
Hanya 4 hari saja, setelah kami bicara…. Umi pergi dan tidak memberitahuku terlebih dahulu

Aku teringat ayek (kakek), yang telah bersama umi lebih dari 50 tahun.
Ditinggal istri tercinta, duhai alangkah sedih….
Ibupun demikian, tak henti meneteskan air mata melihat  jasad pucat dihadapannya.
“ kenapa umi ndak menunggu ambo.” Rintih ibu perih…
Sebenarnya ibu telah berniat ke sijunjung tanggal 2 april besok setelah kiki ujian.

Ku usap pipi dan telapak kaki umi berkali-kali…. Sangat dingin. Dalam hati aku bertanya,
“ Mi, umi kedinginan yo?.”
Bodohnya!!!,
Kadang malah aku berharap umi membuka mata dan bilang,
“ umi masih hidup kok!.”

Memori ingatanku terdampar ke peristiwa silam.
“ Umi na pengen nian sikucuik.” Pintaku manja.
Tak ayal sorenya kutemukan sikucuik berteman durian diatas meja.
“ Tuh makanlah sikucuik ona!.”  suruh umi.
Cihuy…..!!!
Sikucuik itu beras ketan yang di lumuri santan, dibungkus daun pisang kemudian di tanak. Biasanya dimakan bersama durian. Sikucuik umi dahsyat nikmatnya…..
“ umi, sekarang di tempat kita musim durian…. ndak bisa lagi na rasakan sikucuik buatan umi……”
Aku lupa kapan terakhir menikmati sikucuik buatan beliau…

Sekeliling rumah umi dipenuhi pohon rambutan dan mangga. Jika musim buah tiba, umi senantiasa berpesan kepada orang rumah,
“ yona belum pulang lagi, jangan dihabiskan mangga dan rambutan itu yo!.”
Di telepon umipun  rewel,
“ tuh mangga sudah masak, nanti habis!. Kapan pulang?”
Dan begitulah umi, selalu menanyakan bilo baliak…..???

Ketika beliau  masih berjualan lontong, pical, ketan, dan gorengan.
Pas  pulang kampung aku puas disuguhi sarapan lontong atau ketan plus goreng pisang.
Bunda kadang marah besar, “ yona ko ndak boleh makan ketan do mi! jangan dikasih lagi!”
“ sedikit ndak apo do.” Protes umi….
Bunda bernafas berat, sementara aku tersenyum senang…..
“ kayak itu sayang umi sama kamu yon, kalau cucu yang lain tidak pernah digituin.” Ungkap bunda.
Ya nda…. Na pun merasa.

Umi…….
Besok-besok tidak ada lagi yang ingat menyisakan mangga dan rambutan untuk na
Besok-besok tidak ada lagi yang nanya, “ ona mau bawa beras ke padang?.”
Besok-besok tidak akan na dengar lagi permintaan “ na tolong urut punggung umi!.”
Besok-besok tidak akan ada lagi lontong, pical, dan ketan nikmat buatan umi
Besok-besok na cuma bisa berkunjung ke gundukan tanah merah, tempat umi sekarang terbujur tenang…
Besok-besok na cuma bisa tidur sendiri di tempat umi.
Besok-besok na cuma bisa makan malam berdua dengan ayek. Padahal biasanya kita makan bertiga. Umi yang selalu panggil na untuk makan bersama.

Umi….
Na senang bisa ikut memandikan umi….
Na tidak tahu apa yang umi rasakan….
Umi tidak bergerak memberi aba-aba apalagi bicara…
Apakah Umi kedinginan karena air yang dipakai tidak bercampur air hangat
Atau kesakitan karena gosokan sabunnya terlampau kuat…..

Umi…. Semoga kubur umi terasa lapang dan diliputi cahaya…
Semoga mungkar wa nangkir menanyakan umi dengan lembut
Semoga amalan umi diterima sempurna disisiNya…
Amin…..

Terima kasih umi….
Telah memanjakan na selama ini….
Telah melebihkan na dari yang lain….
Telah memerhatikan na sedetil mungkin….
Telah menabur hikmah di kehidupan na….
Telah melahirkan  seorang ibu yang sempurna untuk na….

Umi sudah pergi…..
Selamat jalan umi…
Yona sayang umi,
Selalu!....
 
“ ketika air mata menjadi bukti kasih sayang, menangislah saja!  Bukan untuk meratap, tapi untuk menimbang-nimbang , bahwa kelak kita juga bakal kesana……”
(Wisma muthiah, 2nd floor, 010411)

About Me

Foto saya
Padang - Bengkulu
Hii, my name is yona//25 yo// Pharmacist// Teacher// Love writing, reading, traveling, and culinary// English learner.

Popular Posts

Categories

TAMU