Selasa, 31 Mei 2011




Ini tentang kita
Yang tak jemu membagi bingkisan hidup
Dua mata sayu di pematang pagi
Aroma kantuk merasuk dan aku terjaga karena ketukan pintu keras darimu
Hari sudah subuh……

Entahlah…
Kuingat sepotong masa lalunya  edcoustic
Kurindu bercerita seru denganmu
Berderai gelak tawa kita

Aku rasa kau yang buat aku seperti ini….
Jadi kau harus tanggung jawab!


Kak…
Kau tahukah?
Marahmu yang bertubi-tubi itu kurindu kini…
Kau cubit kakiku karena malas tahajud
Kau tarik tanganku hingga terpaksa bangun…
Betapa pusingnya kepala karena berdiri tiba-tiba..
Akh…
Kau bawel sekali jika tak melihatku tilawah
Kau seperti nenek sihir jika melihat kamarku berantakan
Aku jadi ingat…
Kau yang sering membantuku membersihkan tempat tidur…
Terima kasih ya…..

Kak…
Kau tahukah?
Aku iri karena bacaan Qur’anmu bagus
“ Fa… gigi atasnya diadu sama bibir bawah nay….!” Instruksimu
“ mulutnya kurang monyong nay….”
Jika belajar qur’an denganmu
Aku serasa mulai lagi dari iqra’ satu….
“ makhrojal hurufnya nay…!”

Kak…
Kau tahukah?
Awalnya aku kesal mendengarmu memanggilku nay..
“ nama saya kan yona, bukan yonay….” Bantahku meniru film sang murobbi..
“ emang bukan yonay, tapi nayo….” Ucapmu bertambah usil.
Alhasil…
karena tangan dinginmu satu rumah memanggilku nayo….

Kak…
Mudah nian bagimu untuk berbagi
Bahkan bakwan sebijipun tak tega kau makan sendiri…
“ nay mau?.”  Tawarmu.
Aku menggeleng….
“ kak nggak abis nih… cepatlah!.” Kali ini memaksa.
Ya… begitulah..
Tak pernah ku lihat kau menyimpan cemilan

Kak…
Banyak orang bicara rumit
Kesempurnaan dan tauladan
Heh….
Bahkan aku baru sadar kau adalah teladan setelah kita berpisah
Perpisahan melupakanku pada segala kekuranganmu
Yang ku ingat tentangmu
Hanya yang baik-baik saja….^_^

Jika kau adalah sosok yang masih belum sempurna
Lantas aku seperti apa?
Mungkin benar…
Tak perlu ribut tentang tauladan
Cukuplah kita saling nasihat menasihati dalam kebaikan dan kesabaran…
Seperti yang kau lakukan waktu itu

Rindu ku bertemu denganmu
Sungguh….!!!


Bicara kita hanyalah bicara sufi
tanpa suara dan kata-kata
Karena penghubung kita hanyalah  suara hati
Bertemu berpisah karena Allah
Bertemu berpisah karena Allah
Bertemu berpisah karena Allah



* karena aku percaya, tiap raga yang mampir di kehidupanku adalah sosok luar biasa.....



Kuhaturkan harum kisah cintamu dalam berbagi
Disilang sengketa dan upatan kejam
Tak jua kau campakkan muka
Menyinari saja ini dunia
dengan ilham bibirmu

Tuhan kita Maha Tahu dan Maha Memiliki, katamu…..

Nyeri hati mungkin tak segelintir pedihmu Rasul
Bahkan cintamu yang seluas itu tak mampu kubalas walau dengan sepercik keringat
Bukan bual ucapan lidahmu
Tapi cinderamata yang mesti di jaga

Aku berpesiar ke negeri ramai
Tapi yang kudapati sepi nan senyap
Aku temui dunia  angkuh
Manusianya mudah mencela dan mencaci

Rasul…
Aku yakin
Suatu saat kelak
Ada kehausan yang payah di negeri baru
Saat matahari sepenggal kepala
Saat semua orang butuh syafa’atmu
aku begitu harap
kau gapai tanganku untuk ikut engkau

 Rasul….
Aku adalah aku
Yang belajar mengeja kata dengan sempurna
Yang belajar menendang terjangan zaman

Aku teringat lisan muliamu pernah berkata,
“ islam datang dalam keadaan terasing, diakhir masa kelak pergi pula dalam keterasingan. Maka berbahagialah menjadi orang-orang yang asing”



Jumat, 20 Mei 2011



Senja ini awan berarak
Pernahkah kau lihat langit
Tak tampak mentari tetapi terang…
Pohon basah selepas hujan
Persis embun…
Mempesona….

Berteriak… “ aku senang…”
Entah karena apa…
Pokoknya senang…

Ingat dulu pas zaman sekolah
Selepas tidur siang terasa hari sudah pagi
Kulirik jam setengah tujuh lewat…
Menangis…..
“ kenapa ibu tidak bangunin ona……??”
Ibu kaget….
“Kenapa?”
Tetap menangis “ telat sekolah….hiks..hiks…”
Hahahaha…. Ibu tertawa renyah…(serenyah tempe kremes buatan yona….)
“ masih sore yona…..”
“hahh…” termangu
Baru menyadari..  senja itu seperti pagi







Beberapa hari lalu berdiskusi dengan teman satu wisma  (kak afny farita S. Si…… duh kak dah ada gelar di belakangmu..kapankah aku menyusul….^_^)

Kak ifat: “ Tarbiyah itu proses nayo…”
Yona : “ Proses itu tarbiyah!”
Kak ifat: “ Tarbiyah itu proses”
Yona : “nggak… proses itu tarbiyah”

Sejurus kemudian travel kak ifat datang. Akhirnya kak ifat pulang kampung..(lha apa urusannya?!!). aku waktu itu janji akan menulis artikel tentang itu di blog, sampai beliau  pulang dan berkata dengan lantang…

“ penipu…..uuuuuuu…..uuuuu….. katanya mau nulis di blog. Mana buktinya..??!!”

Aku mesem-mesem karena ingkar janji….AFWAN JIDDAN…….SEAFWAN-AFWANNYA…

SEKARANG…
Mulailah mencari inspirasi….

Tadi ketika ashar 20 mei 2011 di mushalah Ukhuwah FMIPA , adik beda wisma cerita (sebut saja namanya mawar…… sekalian menormalkan nama yang di media sering dikaitkan dengan isyu negatif)

Mawar : “kak wisma (baca: rumah perbaikan) ideal itu gimana sih?.”
Yona : “gak ada dan kakak tak mau ada wisma ideal”
Mawar : “ hah….”
Yona : “ kalau tinggal di wisma yang ideal maka ….. kita akan nyaman-nyaman aja, nggak ada peningkatan mutu, tidak ada perbaikan, tidak ada apa-apa, jadi…untuk apa?!!.”
Mawar : “ hoh…..”
Yona : “ jangan pernah berharap ideal, nanti kecewa, banyak menuntut….. apa sekarang  junior banyak menuntut?.”
Mawar : mengangguk
Yona : “ waktu kakak jadi junior juga begitu, mawar dulu waktu jadi junior banyak nuntut juga kan dengan pola hidup kita, sekarang dah jadi senior…. Apa yang bisa kita bagi buat adik kita….NGGAK ADA….”
Mawar : mengangguk lagi
Yona : “ manusia itu memang hakikatnya mengecewakan, apanya yang aneh?....”

Ya…. tidak ada anehnya jika manusia khilaf, silaf, dan salah
Justru aneh jika manusia suci tak bernoda…. Dan pernah saya dengar ustadz ( waktu ada acara NUANSA IMAN di TVRI jam setengah 6 pagi- Zaman SD or SMP) berkata “ Allah tidak suka dengan orang yang suci tanpa dosa, Allah suka dengan orang yang berdosa kemudian ia bertaubat nasuha.”

Nah…
Kita senantiasa berproses kan kawan?

Menjadi bentuk tercantik yang kita inginkan
Menjadi sosok terbaik yang kita idamkan
Menjadi pribadi tangguh tanpa mengeluh
Menjadi teman setia yang menyemangati
Menjadi jiwa perindu datangnya kebangkitan itu…

Tarbiyah – Tarbawi – Pedidikan……..produknya :  kaum intelektual – kaum yang senantiasa berproses – kaum yang gemar belajar
Ini definisi sederhana saya saja…..

Setiap mata ini diberi kesempatan melihat
Maka, aku selalu dapat belajar…..

Belajar bermain dengan kegagalan
Belajar bercengkrama dengan putus asa
Belajar bersahabat dengan kekecewaan
Belajar…
Belajar memahami bahwa aku, dia, dan mereka adalah manusia….
Tidaklah  sempurna Maharupa, apalagi paripurna……

Mungkin ia…..
Aku harus berkata, “ jika tidak ingin kecewa padaku, tak usah kau jadi temanku…..”


Kamis, 12 Mei 2011



Ku ingat kau
Di temaram malam
Sendu rumah kita
Reotnya tiada suara

Bulan sabit tersenyum indah
Ku ingat bagai senyummu
Merah muda

Sampai gundah gulana
Memercik api
Panas…
Menembus kulit ariku

Bagai Guntur dunia
Terakhir ku suap kau
Dengan santapan yang ku hidang sendiri
Setengah jam sesudahnya
Kita tak jumpa lagi

Jika kita bersua nanti
Bulan sabit merah muda
Kan kutunjukkan padamu
Matahari merah darah

Jika kita bersua nanti
Bulan sabit merah muda
Kan ku beri tahu sebutir rasa
Yang belum mampu kuungkap
Saat kita bersama…

Jika kita bersua nanti
Bulan sabit merah muda
Ku harap kau berubah orbit
Menjadi purnama sempurna
Lebih indah….


(ada sesuatu lagi di memori, masa lalu, terlampau jauh...sudah pergi..!!) 

*Ayek… senantiasa teringat umi, itu pasti!. Berkali-kali beliau bercerita tentang masa muda, saat menikah di zaman perang, dan umi ikut pangkul senjata.
Dan umi, dialah Si Bulan Sabit Merah Muda.

Sabtu, 07 Mei 2011


Bagai jaring laba-laba hidup ini
Tidak berhati-hati
Akan tersangkut
Mereka tidak mengerti aku
Aku lebih tidak paham mereka
Senantiasa
Bersendiri
Itu lebih menyenangkan
Karena di ramai duniapun rasa sepi

Ketika tahzan tiba
Sebenarnya itu saat istimewa
Dapat membuka gulana
Pada Pemilik Cinta

Ketika khauf mendera
Harusnya bahgia dirasa
Karena Yang Maha Menjaga
Memerhatikan dengan seksama

Ketika mereka datang serempak
Abaikan saja manusia
Damai jiwa bersama Robbi
Memukau setiap hati

Fatamorgana itu nyata
Nyata itu fatamorgana
Abadi yang palsu
Tak usah hirau

Sejengkal demi sejengkal
Kita pergi
Berangkat
Menuju bayang-bayang
Kereta dengan nomor tujuan

Fatamorgana hilang
Tahzan selamat tinggal
Khauf lenyap

Hanya ada aku
Dan segenggam barang bawaan
Yang masih bersisa

About Me

Foto saya
Padang - Bengkulu
Hii, my name is yona//25 yo// Pharmacist// Teacher// Love writing, reading, traveling, and culinary// English learner.

Popular Posts

Categories

TAMU