Sabtu, 08 Januari 2011

bermodal ilmu pas-pas-an ane mencoba merecovery pemikiran ane tentang dunie…oh,…duniaaaaaa……
atmosfir bumi meningkat sekian persen hingga manusia bumi kepanasan…. Ape hubungannye?... hmmmm… karena saking panasnya banyak muslimah yang lepas kerudung.
Sedikit bermain diksi sebenarnya, ane Cuma ingin mengeksplore apa yang lagi nyangkut di hati ane. Sawdari-sawdari yang senantiasa ane sayangi dari jaman esde, sempe, dan sem-A banyak yang memutuskan untuk membuka tabir kecantikan yang sebenarnya kudu di tutup.
Yupssssttt…. Jilbab….. bukankah wanita itu perhiasan dunia. Bukankah wanita itu tonggak peradaban. Bukankah wanita itu tolak ukur kekuatan….. ???? jawabbb…!!!
Seorang teman pernah ane tanya kenapa tidak mau memakai jilbab. Jawabnya sangat mengezutkan “ orang kayak aku mau pake jilbab?, ntar dulu deh…. Aku mau memperbaiki sifat dulu, trus kalo semuanya dah bener baru dah jilbaban. Aku sangat menghargai jilbab, aku gak suka sama orang yang pake jilbab tapi kelakuannya kayak gak tahu etika….”
WUIHHH…. Dahsyat bener jawabannya sawdara-sawdari sekalian. Ngenak…! tu de poin….!!! Bener yang sawdari ane tadi bilang. Kayaknya jilbab sudah kehilangan identitas syar’inya. Akhwat yang bejilbab belon tentu hatinya bejilbab juga. Akhwat yang bejilbab belon tentu etika tertata rapi. Akhwat yang bejilbab sering lupa kalo jilbab yang dikenakan adalah protektor ulung dari banyaknya maksiat dunia.
Soal sifaT yang sawdari ane tadi singgung. No body’s perfect….!!!! Manusia itu sifatnya alpa dan lupa. Rasulullah junjungan kita juga pernah bilang kalo wanita itu bersifat kurang…. Kurang agama dan kurang akal….
Haaahhhhhh…… Rasul pernah ngomong gituan?????
Yups…. Like this, denger alasannya…. Siappppp…..!!!
Wanita itu kurang agama karena suatu ketika wanita di kenakan keadaan kotor semasa haid. Ini menyebabkan banyak ibadah wajib yang wajib ditinggalkan (heheheh….), apalagi ibadah sunnah…. Berbeda dengan sang pria yang terus diwajibkan beribadah bagaimanapun keadaannya….. kagak ada cuti….!
Wanita itu kurang akal karena setiap diberikan suatu keadaan kritis, masalah, cobaan, aral, rintangan, kelokan, ia senantiasa mendahulukan perasaan yang begituuuuuuu sensitive, begitu menyentuh, bahkan sampai mengurai air mata, membuat kesyahduan yang mendalaammmm. Coba kalo sang pria….. menangis itu hal tabu bagi mereka, mereka lebih dominan menggunakan akal untuk memutuskan perkara….
Sow…… pegimane????? Benerkan wanita itu serba kurang….!!!!
Tapiiiiiii…. Keberadaan wanita tetap memiliki buanyyaaaaak peran. Dari segala kekurangan yang kita bahas diatas tadi, wanita merupakan icon peubah…. Cieee,,,,
Berbahagialah duhai wanita…. Karena Allah menciptakanmu dengan begitu lembut, Allah menciptakanmu dengan cintaNya.
Dari rahimmu akan lahir pejuang agamaNya….
Dari bahumu akan hadir suami-suami pemimpin negeri dan pejalan syariatNya….
Dari lidahmu tercipta suasana hangat nan bersahabat….
Wanita…… dirimulah perhiasan dunia. Bukannya emas, permata, intan, atau yang lainnya.
Nahhhhhh… sebagai icon peubah, selayaknya kita, hmmmm…. wanita, kudu melaksanakan tugas en kewajiban sebagaimana mestinya. Allah sudah menggariskan segala macam aturan berkenaan tentang wanita secara kumplit…plit…plit. Lengkappppp…!!! makanya ada nyang namanya fiqih wanita, tapi kagak ada fiqih laki-laki. Wanita adalah makhluk yang istimewa yang Allah ciptakan, saking istimewanya wanita, makanya Allah ingin menjaganya. Allah suruh kita bejilbab supaya kita aman dari fitnah dan gangguan. Bejilbab juga membuat kita di kenal….
Nahhh…. Bagi sawdari-sawdari ane nyang katanya belon siap…
hmmmm gimana yahhh…..????
kesiapan itu akan bergantuang pada niat dalam hati. Kesungguhan kita untuk berubah…..!!!! Kalo kita tidak sungguh-sungguh ampe jadi nenek-nenek kita akan tetap seperti ini. Yakinlah perintah Allah itu tidak pernah memberatkan…. Allah ingin memudahkan hamba yang Ia cintai…..
ketika ada kebaikan yang mampir di hati, bersegeralah untuk dilaksanakan, karena apabila ditunda-tunda, maka si hati akan keras dan kebaikan akan sukar masuk untuk mencairkannya….
Bai de wei….. buwat sawdari nan kucintai…. Wanita itu anugrah….. Hidup wanita…..!!!! hiduppp….(hehehe). Berubah itu suatu yang niscaya, jadi yuks kita berusaha bersama…. Jangan sampai lena ama kehidupan dunia…. Durasinya bentar aja…. Kayak betandang ke warung kopi ataw betamu kerumah tetangga….
Bejilbab yuks…..!!!! biar orang pada tahu siapa kita….. biar orang kagak memandang sebelah mata sama agama kita…… biar Allah cinta kita dan memelihara kita dari maksiat…
Nih tulisan juga dimaksudkan untuk mengingatkan diri, sebagai bahan instropeksi…. Sebab diripun tak sempurna mengerti…. Kalo ada salah-salah maaphin yaks….!!!! Selamat menikmati jamuan hidup…… (wallahualam bissawab)
Telah lama kukehilangan cahya kunang-kunang. Dulu ia acap terbang di atas jendela. Kutangkap ia dengan kedua tangan. Lobang ditanganku jadi bercahaya. Dan aku…. Tertawa girang mengadu ke ibu.
Aku telah menatap usia yang tiada dini lagi. Tetapi kedewasaan belum sempurna terpatri. Jika benar usia berbanding lurus dengan kedewasaan, maka harusnya telah berubah segala kekanak-kanakan dijiwa.
Sejujurnya aku masih rindu bermain tanpa terompah dijalan depan rumah. Masih rindu memanjat pohon jambu. Masih ingin sekali bermain gundu. Masih…masih…dan masih mau mengadu “ buk… dia nakal…”
Ingatku dulu ketika masih di gendong diatas kepala ayah. Kututup matanya sehingga ayah bilang,” yona…. Ayah ndak Nampak…”. Aku juga masih ingin diterbangkan ayah dengan tangannya. Aku juga masih rindu disuap ayah dengan tangan bekas gigitan monyet. Aku mau tidur diatas perut ayah yang besar. Aku mau jalan-jalan sore dengan motor dan duduk manis didepan.
Aku ingin masa itu tiada hilang. Apalagi seperti cahaya kunang-kunang yang tak bertahan lama. Cahaya kunang-kunang ditanganku padam. Aku menangis… ibu bilang “ dia mungkin capek…”

“Buah hatiku…..” katamu. Kau selami setiap keengganan-keengganan yang merayu, merontokkan persendian dan menyumbat pembuluh. Kau genggam cinta di kepalan tangan mungil saat kuadukan keperihan luka jatuh dari pohon jambu. Kugigau dalam malam-malam temaram. Kutangis dalam ketakutan gelap atau hantu.
“ Buah hatiku….” Katamu. Menjelmakan mahligai peradaban yang sempurna. Memancarkan siluet jingga menembus ulu hati. Memahat nuansa darah daging.
“ Buah hatiku…” katamu…..
Tahukah kalian?, bermanja-manja di atas pangku ibuku jauh lebih mengasyikkan dibanding berpelesir ke pelosok negri. Bercengkrama dalam derai tawanya lebih memabukkan dibanding jatuh cinta merah jambu…
Dulu, pada masanya…. Wanitaku itu berparas ayu dan berkemauan teguh. Mencakar langit cengkramannya agar dunia percaya. Tak takut pergolakan yang melayukan hati. Dan itu juga yang dia ajarkan padaku…
Dulu pada masanya… wanitaku itu menyemai kemuliaan hanya pada sosok yang dihadiahkan Tuhan padanya. Melontarkan ujar “ Aku milik suamiku..!” dan itu juga yang dia ajarkan padaku…
Dulu pada masanya… wanitaku itu belajar memanjat tebing cita dengan tangannya sendiri, merangkai angan satu-satu, mengikat temali harapan, mengisyaratkan ruhul istijabah dalam sendu, menebas pusara ragu, kini… ia lambaikan tangannya agar aku ikut dia…
Wanitaku itu bernama IBU…. Yang mengecup pipiku pertama kali, yang menghapus air mataku paling dahulu, yang mengusap rambutku sebelum siapapun, yang menangisiku di saat yang lain mengabaikan, yang mendoakanku disaat yang lain melupakan, yang membahagiakanku disaat yang lain menertawakan, yang menggenggam tanganku disaat yang lain menyampakkan.
Wanita itu bernama IBU… Yang menitipkan cinta diselaput doa, yang menaburkan sayang dalam aroma masakan, yang menitiskan kasih dalam runutan peristiwa.
Tahukah kalian, ibuku itu lebih patriot dari pahlawan manapun di negri ini. Nadinya adalah pedangku, darahnya itu peluruku, desah nafasnya semangatku, ucapannya nyawaku, doanya penyelamatku.

Oleh: Yona harianti putri “Buat wanitaku yang telah sempurna mengajariku tentang hidup….”
“ Suatu hari akan kau lihat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan sedang cahaya mereka bersinar di depan dan di sebelah kanan mereka. Mereka disambut dengan: “ Berita gembira untukmu hari ini, yaitu syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang mereka kekal di dalamnya.” Itulah keuntungan yang besar. Pada hari itu orang-orang munafik laki-laki dan perempuan akan berkata kepada orang-orang beriman. “ Tunggulah kami!. Biarkan kami ikut menumpang sinar cahayamu!.” Lalu diantara mereka dipasang papan dengan sebuah pintu. Di dalamnya terdapat rahmat karunia, sedangkan diluarnya yang ada hanya azab. Mereka yang diluar memanggil-manggil. “ Bukankan kami dahulu bersama kamu?.” Yang lain menjawab, “ memang!, tetapi kamu membiarkan dirimu tergoda, kamu menunggu-nunggu kehancuran kami, dan meragukan janji Allah. Kamu telah tertipu oleh angan-angan kosong, sampai datang perintah Allah. Dan penipu datang memperdaya kamu tentang Allah. Hari ini tak ada tebusan yang dapat diterima dari kamu, juga dari mereka yang tidak beriman; tempatnya api neraka. Itulah tempatmu, tempat kembali yang terburuk!.” ( QS Al hadid (57): 12-15)

Hal apakah yang membuat kita bahagia selama hidup di dunia?. Harta berlimpah, tahta kuasa, para istri setia lagi cantik rupa, anak-anak penyejuk jiwa, atau ketenaran dimata manusia, hidup fasionable lagi elite, berpelesir setiap hari ke eropa dan afrika dan berbagai atribut riya’ lainnya.
Kita manusia, saling berebut menjadi yang paling unggul, yang paling berpengaruh, yang paling didengar, dan yang paling-paling lainnya. Kita manusia, inginnya yang mudah-mudah saja, yang enak-enak saja, yang tidak mengeluarkan keringat, yang instan langsung jadi. Kita manusia, menggigil dengan perang, takut dengan kekalahan, ragu dengan pertolongan.
Salah seorang saleh pernah ditanya, “ Kapan hari raya Anda?.” Ia menjawab, “ Bagi kami, hari raya adalah hari ketika kami tidak bermaksiat kepada Allah; ketika datang kemenangan bagi orang-orang beriman; dan ketika kami kembali kepada hidayah dan bimbingan Allah serta memperbaiki urusan kami. Hari raya bukanlah untuk orang berpakaian baru dan mewah, melainkan untuk orang yang mampu mengamankan diri dari siksa neraka.”
“ Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya. Untuk merekalah taman-taman syurga yang didalamnya mengalir sungai-sungai, tempat tinggal mereka selama-lamanya. Allah ridho kepada mereka dan merekapun senang kepadaNya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS Al maidah: 119)
Adakah sesuatu yang lebih baik dari keridhoan Allah Rabb Semesta Alam?. Kecintaan dan keikhlasan hidup di jalanNya yang lurus,mengikuti apa yang diperintahkan tanpa terkalahkan nafsu yang menipu. Orang yang beriman, dengan kecintaan yang mengharu biru kepada Tuhan, pasti akan menikmati setiap episode pahit dan manisnya kehidupan, tanpa banyak mengeluh dengan kekurangan dan tidak tinggi hati akan kelebihan. Menyiasati diri untuk tetap istiqomah, menyeka kelalaian yang sia-sia, rela berkorban tanpa hitung untung dan rugi.
Sebagian dari tanda-tanda kecintaan mukmin kepada Allah ialah mencintai syariat Allah dan menjalankannya dengan kerelaan hati dan ketulusan jiwa, mengajak manusia untuk mencintaiNya, memerangi musuhNya, dan tidak gentar menghadapi caci maki orang yang suka mencaci. Allah berfirman, “ Dan mereka yang berjuang di jalan Kami, niscaya Kami bimbing mereka ke jalan Kami. Allah sungguh bersama orang yang melakukan perbuatan baik.” ( QS. Al Ankabut: 69)
Ibrahim bin Adham berkata, “ Wahai saudaraku penduduk Bashrah, barangkali hati kalian telah tertutup sepuluh perkara, sehingga doa kalian tidak terkabul:
1. Kalian mengaku beriman kepada Allah, tetapi enggan memenuhi hakNya
2. Kalian suka membaca Al Qur’an, tetapi enggan mengamalkan isinya
3. Kalian tahu setan itu musuh yang nyata, tetapi kalian tetap megikuti ajakannya
4. Kalian mengaku umat Nabi Muhammad SAW, tetapi enggan melaksanakan sunnahnya
5. Kalian mendambakan syurga, tetapi enggan mengerjakan amal yang dapat memasukkan ke syurga
6. Kalian menginginkan selamat dari siksa neraka, tetapi kalian melakukan perbuatan yang menyebabkan masuk neraka
7. Kalian mengetahui maut itu pasti, tetapi kalian enggan mempersiapkan perbekalannya
8. Kalian gemar meneliti aib orang lain, tetapi enggan meneliti aib diri sendiri
9. Kalian makan dan menikmati pemberian Tuhan, tetapi enggan menyukurinya
10. Kalian biasa memakamkan jenazah, tetapi tak mau mengambil pelajaran dari pemakaman itu.”

Hidup singkat bagai bertandang ke warung kopi lantas pulang kembali menuju tempat yang pasti..
Berbahagialah ! karena Tuhan itu amat dekat, mengadulah padaNya dengan segala kesah, mengibalah dengan segala keterbatasan, menangislah atas kealpaan, memohonlah dengan jutaan pegharapan.
Berbahagialah! karena kita masih diberi kesempatan untuk berjuang, berjuang mencari keridhoanNya. Berjuang untuk menjadi hamba yang dicintaiNya.
“ Cintailah perjuangan!, karena perjuangan mendekatkan kita kepada tercapainya cita-cita.”
( Jenderal Soedirman)
Pagi yang mengagumkan, kubuka tirai jendela yang baru dicuci dua hari yang lalu. Mataku masih bengkak, kemungkinan besar karena malam tadi aku tidur kemalaman. Mengerjakan laporan kuliah yang seabrek membuat staminaku terkuras. Tapi, Alhamdulillah semua pekerjaanku berhasil kuselesaikan dengan sempurna, karenanya kukatakan ini adalah pagi yang mengagumkan, karena tidak ada lagi beban yang menyumbat disaraf otakku.
“ Esy,,,, bantuin ibu tuh!”. Kata Uni Esa yang tiba-tiba membuka pintu kamar.
“ Esy masih capek uni, gantian sama uni dulu ya!”. Pintaku memelas, uni hanya mengangkat bahu mahfum seraya beranjak dari kamarku.
Uni Esa adalah saudara kembar yang hanya terpaut Sembilan menit denganku. Tapi anehnya, banyak orang yang bilang paras kami berbeda jauh, uni sedikit hitam manis, kalau aku kuning langsat. Hidung uni mancung, sedangkan aku biasa saja. Dan yang sangat berbeda kontras adalah sifat uni yang kemayu dan lembut, sedangkan aku keras dan egois. Jadi wajar saja bila uni punya teman lebih banyak dari pada aku. Wajah uni mirip dengan wajah amak yang bersahaja, sedangkan aku mirip siapa ya?, kata abak wajahku mirip dengan wajah datuk buyut, tapi aku kurang begitu percaya karena tak ada bukti otentik tentang itu, memang ada foto datuk buyut yang diperlihatkan padaku, tapi yang namanya foto tempo dulu, warnanya hitam putih dan sudah tidak jelas lagi.
Hari ini aku masuk kuliah jam 09.50 WIB. Ada sedikit kesempatan untuk bermalas-malasan di depan televisi. Kutekan tombol power TV, seketika muncul seorang wanita langsing yang mempromosikan susu diet, kuubah channel dan muncul pula laki-laki berotot yang mempromosikan multivitamin kesehatan, kuubah lagi channel TV, tapi lagi-lagi yang muncul seorang balita yang jadi iklan shampoo bayi, kuubah lagi, sekarang yang muncul malah seekor kucing yang sedang terpana melihat kilauan rambut hitam panjang seorang wanita cantik.
“ Hah.. iklan shampoo apa hubungannya dengan kucing.?” Fikirku bingung.
“ Esy indak kuliah.?” Tanya Amak yang tiba-tiba saja sudah berada disebelahku.
“ Sy masuk jam sepuluh kurang Mak.” Jawabku singkat
“ Kalau begitu bantu Amak buat mengantarkan ini kerumah Tek Lis ya!.” Pinta amak lembut.
“ Antarkan sama uni sajalah mak…!.” Bujukku manja
“ Si Esa sedang masak di dapur, lagian apalah susahnya mengantarkan ini ke tempat Tek Lis, tidak jauh kan?.”
Aku hanya mengangguk lemas, tidak berani melalaikan permintaan Amak, nanti dibilang anak durhaka. Segera kupergi ke kamar mengambil jilbab, beberapa detik kemudian aku pamit ke rumah Tek Lis
“ Assalamu’alaikum Etek….” Ucapan salamku ketika sampai di halaman rumah Tek Lis. Namun setelah berapa lama tak juga kudengar jawaban salam dari Si Pemilik rumah.
“ Assalamu’alaikum Tek Lis, Pak Etek, Imu…” Kuulang mengucap salam seraya menyebutkan nama seluruh penghuni rumah itu. Tiba-tiba dari pekarangan samping datang Imu dengan segenggam kelereng ditangannya.
“ Eh… ada Uni Esy, cari amak ya uni?.”
“ Iya, mana amak Imu?.” Tanyaku penasaran.
“ Amak pergi ke pasar sama Abak, mereka bilang mau beli Kulkas.” Ungkap Imu polos. Aku sedikit kaget sekaligus senang mendengarnya. Tek Lis akhirnya membeli kulkas yang dapat dijadikan alat usaha.
“ Baguslah kalau begitu mu, dapat makan es setiap hari imu jadinya kan?.” Ucapku membesarkan hatinya.
“ Iyolah uni, kata Amak akan beli kulkas yang besar, dua pintu..” Cerita Imu lagi. Aku tertawa melihat kepolosan anak ini, kepolosan yang membuatku iri, karena inilah sifat yang sudah terkikis dari diriku.
“ Uni titip ini sama Imu, tolong kasih ke Amak yo!, bilang kalau ini dari Mak Tuo, bisa kan?.” Tanyaku sungguh-sungguh.
Imu mengiyakan permintaanku, kemudian berlari menuju rumah untuk meletakkan titipan tadi, sebentar kemudian Imu sudah berada lagi didepanku.
“ Uni Esa mana ni?.” Tanya Imu
“ Ada dirumah, mangkanya Imu main kerumah Uni!, kini pohon mangga didepan sudah berbuah lho.”
“ Iya uni, nanti Imu kesana.”
Aku pamit ke bocah enam tahun itu, kutaruh uang seribu rupih dikantongnya, Imu langsung girang dengan senyum mengembang.
“Terima kasih Uni…” Teriak Imu setelah aku jauh.

Sesampai dirumah aku segera mandi dan berbenah untuk ke kampus. Di meja makan sudah tersedia gulai ikan dan samba lado buatan ni esa. Tanpa basa-basi aku langsung melahap makanan yang super duper lezat itu dan mengabaikan hal lainnya.
“ ondeh Esy… elok-eloklah makan tuh!, beko tatalan tulang pulo.” Kata uni gemas. Tapi tetap saja aku mengacuhkan uni dan sibuk dengan makanan didepanku.
“ Apa kata Tek Lis waktu Esy ngantar surat kesana?.” Tanya Uni menyelidik. Seketika aku berhenti menyuap.
“ Maksud uni apa?.” Aku malah bertanya balik. Jujur aku tadi tidak tahu apa isi bungkusan yang diantarkan ke tempat Tek Lis.
“ Memang Sy tak tahu kalau Tek Lis pinjam uang ke Amak?.”
“ Indak tantu Esy do ni, berapa uang yang Tek Lis pinjam ni?.” Pertanyaanku makin menyelidik.
“ Uni dengar sih pertama dia meminjam tiga juta, setelah itu Etek pinjam lagi satu setengah juta.”
Mataku melotot bulat, seolah tak percaya Amak mau meminjamkan uang sebanyak itu kepada Tek Lis, padahal akhir-akhir ini kebutuhan keuangan keluarga meningkat. Tek Lis bukannya mengembalikan utang malah membeli kulkas.
Dengan ribuan kebingungan aku pergi ke kampus setelah berpamitan dengan Amak dan Abak juga Uni Esa. Siang ini fikiranku berkeluyuran kemana-mana. Terbayang kembali wajah lugu Imu yang menginginkan buah mangga didepan rumah.


Seisi kampung gempar, petang ini sebuah mobil angkut barang datang membawa banyak barang elektronik, ada kulkas, mesin cuci, televisi 29’, dan perkakas lainnya. Mobil itu berhenti tepat di depan rumah Tek Lis dan langsung menurunkankan muatannya. Para tetangga berbondong-bondong datang menyaksikan kejadian itu. Ada yang takjub dan berfikir keluarga Tek Lis sudah jadi orang kaya mendadak, ada juga yang mengernyit dahi dan berfikir macam-macam.
“ Banyaknya barang yang dibeli Si Lisa, dari mana pula dia dapat uang sebanyak itu.?” Ungkap Uwo Atun heran.
“ Mungkin baru dapat undian dia Uwo atau panennya kemarin berhasil.” Kata Ni Mar berkhusnudzon.
“ Manalah mungkin zaman sekarang bisa semudah itu memenangkan undian Mar, tidak mungkin…. Kulihat pun hasil panennya sama saja dengan kita, mungkin menang judilah Si Gafur itu.” Uncu Nun mulai mengenduskan gossip murahannya.
“ Indak buliah seperti itu Uncu!, Berprasangka buruk itu menjauhkan rezeki, kita doakan saja rezeki yang didapatkan Lis Halal dan baik.” Ni Mar kembali menasihati. Uwo Atun hanya mengangguk-angguk, sedangkan Uncu Nun bertambah sewot. Tak lama kemudian datang pula mobil yang mengangkut sepeda motor, benar-benar kaya mendadak Tek Lis rupanya.
“ Apa sebenarnya yang Amak titipkan buat Tek Lis kemarin?.” Tanyaku pada Amak saat santai setelah shalat maghrib. Kulihat Uni Esa mendekat.
“ Bukan apa-apa Sy, cuma surat saja”. Jawab Amak tenang.
“ Surat apa Mak?.” Keningku makin mengernyit, begitupun dengan Ni Esa. Amak terlihat enggan menceritakan yang sebenarnya.
“ Tapi kami kan anak Amak juga, kenapa Amak tak mau cerita, ayolah Mak.!” Pintaku memelas.
“ Tek Lis meminjam uang empat setengah juta enam bulan yang lalu, dia bilang mau mengembalikannya setelah panen musim ini, tapi sudah lebih empat bulan selesai panen belum juga dia berniat mengembalikan uang sebanyak itu.”
“ kenapa Amak mau meminjamkan uang sebanyak itu, Amak tahu kan tabiatnya yang susah mengembalikan uang orang?.” Protesku keras
“ itu kan Etek mu juga, apalah salahnya membantu keluarga sendiri?.”
“ Tapi tetap saja dia tidak memikirkan perasaan orang lain, utangnya saja belum lunas sudah sibuk membeli barang-barang mewah.” Omelku diluar kontrol.
“ Sudahlah sy, jangan difikirkan masalah ini, kau harus ingat Nak!, rezeki kita tak akan dimakan orang lain.” Kata Abak berwibawa. Aku mengangguk lesu, mencoba memaknai kata Abak yang satu ini.
Uni Esa pun tak terlalu memusingkan perkara ini, ketika kutanya apa yang harus kami lakukan, Uni hanya bilang berdoa saja supaya Tek Lis sadar akan utang-utangnya. Aku sempat kesal dengan tindakan keluargaku yang seolah santai dengan penzaliman ini, padahal nominal uang yang dipinjam itu sangat besar untuk ukuran keluarga kami yang tergolong biasa-biasa saja.
“ Kama Esy tuh…?.” Sapa Tek Lis dari atas motor barunya ketika melihat aku berjalan sendiri ke kampus.
“ Ke kampus Tek.” Jawabku sekenanya
“ Iyolah Sy, Etek duluan ya, Etek mau ke pasar dulu.” Kata Etek seraya berlalu. Kutatap kepergiannya dengan tampang sinis. Tidak ingin rasanya bertemu dia lagi, apalagi melihat sifatnya yang tak mengalami perubahan bahkan setelah ibu mengirim surat.


Suasana kampus tidak begitu ramai, kemungkinan karena mahasiswa masih banyak yang pulang kampung menikmati sisa libur semesternya. Aku melihat uni Esa sedang duduk di kantor dekanat, tanpa fikir panjang segera kutemui uni.
“ Kenapa uni disini, tidak ada kuliah?.” Tanyaku mengintrogasi.
“ Esy…. Alhamdulillah uni dapat rezeki dik.” Ungkap uni seraya menghambur dipelukanku. Sontak aku kaget.
“ Dapat rezeki apa uni, Kok senang sekali?.” Aku sampai terheran-heran.
“ Uni dapat beasiswa pertukaran mahasiswa ke jepang Dik…ke jepang..!!!” kata Uni antusias.
“ Benar uni…??? Selamat uni….” Sekarang gantian aku yang begitu antusias. Uniku tersayang bakal terbang ke negri sakura, negri impian yang sedari lama ia impikan.
Setelah bercerita panjang lebar ternyata uni mendapatkan beasiswa dari Japan Foundation untuk pertukaran mahasiswa sastra. Uni dari jurusan sastra Indonesia merupakan mahasiswa tunggal yang bakal diterbangkan ke Jepang untuk memperkenalkan sastra Indonesia secara luas kepada mahasiswa sastra di jepang. Sedikit minder melihat prestasi uni yang satu ini, uni begitu perfect dan confident dengan akademisnya, sedangkan aku sedikit kacau. Aku dan uni masih satu fakultas tapi beda jurusan. Kalau uni Sastra Indonesia, aku kuliah di jurusan Sastra Inggris. Dulu waktu pemilihan jurusan aku sempat meremehkan jurusan yang dipilihnya, karena waktu itu aku masih berfikir Sastra Indonesia adalah jurusan yang susah mendapat kerja, kurang tersohor seperti jurusan sastra inggris atau jurusan di fakultas lain. Akan tetapi, sekarang baru aku mengerti bahwa takdir Tuhan itulah yang terbaik, buktinya jurusan sastra Indonesialah yang mengantarkan uni nanti menginjakkan kaki di tanah matahari terbit itu.


Pagi yang hangat, aku dan amak sibuk menyiapkan keperluan untuk keberangkatan uni ke Jepang, mulai dari odol sampai minyak angin, bahkan cukup dengan makanan yang halalan toyibah tersedia di travel bag besar uni.
Ada haru bercampur senang terpancar di mata Amak. Aku tahu Amak sangat senang melihat anak kesayangannya berprestasi luar biasa di kampus, tetapi tampak ada ketakutan yang tersirat di raut mukanya, takut kalau uni Esa mengalami hal yang tidak diinginkan di negri orang.
“ Hati-hati Esa disana ya Nak! Itu negri orang, jangan dicari-cari masalah, tak ada tempat mengadu kalau ada apa-apa, Amak disini takkan bisa membantu Esa disana!” Nasihat amak yang berlinang air mata.
“ Amak tenang saja, percayalah kalau Allah akan membantu Esa, Allah akan dekat dengan hambaNya yang berserah diri. Insyaallah Mak, Esa akan baik-baik saja selama disana.” Uni berusaha menenangkan Amak.
Aku, Abak, dan Amak mengantarkan uni ke bandara, belum lama perjalanan, tepat didepan rumah Tek Lis terlihat ada kerusuhan, ada api membumbung tinggi dengan asap hitam pekat di udara. Hatiku cemas, ada apa gerangan yang terjadi. Abak keluar dari mobil dan mendekat kearah kerusuhan.
“ ada apa Zainudin?.” Teriak abah keras pada pak udin yang berada disana.
“ Rumah Si Gafur terbakar Angku, Si Imu ada didalam.” Jelasnya
Aku yang mendengar percakapan itu dari dalam mobil segera keluar. Badanku gemetar, sungguh ada ketakutan yang sangat menyerang ubun-ubunku. Imu…. Aku takut terjadi apa-apa dengannya. Tak terasa ada butir bening keluar dari bola mataku. Amak lebih-lebih lagi, ia langsung berlari kekerumunan orang, mencari jejak adik sepupu dan keponakannya.
“ Allahuakbar… Lailahailallah… Allah….” teriakan takbir membahana dari segala penjuru.
Amak mencoba menerobos kerumunan mendekati lokasi kebakaran.
“ Lisa……” Teriak Amak histeris. Banyak tangan yang menghalangi Amak, namun Amak tetap meronta.
“ Mano Si Lisa tu nyo, tolonglah inyo didalam…” Raung Amak diiringi tangisan keras.
“ Uni…” Suara Tek Lis terdengar dari dalam kerumunan masa.
“ Lisa..” lirih Amak seraya memeluk erat adik sepupu kesayangannya.
“ Imu uni…” Ucap Tek Lis.
“ Imu didalam……” Bisiknya lirih dengan linangan air mata pedih.
“ Lailahaillalah… Allahuakbar… Imu…Imu..”. suara teriakan semakin nyaring.
Aku terduduk di tanah, air mata terus mengalir tanpa bisa dihentikan. Api yang membumbung tinggi tiba-tiba mengecil, tapi sudah terlambat untuk menyelamatkan apapun yang ada didalammya, semuanya rata dengan tanah. Yang tersisa hanya bau hangus dari sisa bakaran itu. Lunglai lututku untuk berdiri, pesawat uni akan berangkat tiga puluh menit lagi. Aku disuruh mengantarkan uni sendiri karena Amak dan Abak harus menangani masalah ini, apa lagi Imu belum juga ditemukan.

Hati- hati ya uni.” Pesanku mengiringi kepergian uni. Kupeluk tubuhnya erat. Aku takut jika seandainya ini adalah saat terakhir aku bertemu dengan uni.
Doakan uni ya Dik sayang.” Bisik uni tepat ditelingaku disusul langkah kakinya meninggalkan bandara.
“ Uni, Sy doakan semoga sukses.” Ucapku seraya menghapus air mata.
Setelah mengantarkan uni, aku kembali ke rumah, disana sudah ramai dengan sanak keluarga. Disudut serambi terlihat Pak Etek Gafur bercerita diiringi linangan air mata.
“ Imu tadi sedang tidur ketika api dari kabel kulkas tiba-tiba terbakar, ambo tidak bisa menyelamatkan apa-apa lagi karena waktu itu, keadaan ambo terjepit”. Ungkap Pak Etek Gafur.
” Sabarlah Gafur, kamu sedang diuji”. Nasihat abak singkat.
“ Angku….. maafkan ambo karena sudah melalaikan pembayaran utang yang sudah ambo janjikan sama angku.” Kata Pak Etek Gafur mengiba.
“ Sebelumnya ambo minta maaf pada kau gafur, sebenarnya dari mana kau dapat uang banyak untuk membeli perabot mewah itu?.” Tanya Abak menyelidik.
Pak Etek Gafur terdiam sejenak, tak lama kemudian air matanya mengalir lagi.
” Ambo salah Angku, sudah setahun ini ambo membuka warung judi di simpang tiga koto tangah, dari situ ambo mendapat untung yang banyak dan bisa membeli semua keperluan yang dibutuhkan si lisa dan anak-anak, ambo tahu kerjaan itu tidak halal, tapi angku…hhhh… Ambo menyesal, sungguh….” Air mata pak etek mengalir semakin deras.
Aku menatap sekeliling halaman, disudut sana terlihat sesosok tubuh kecil yang telah menghitam dimandikan. Wajah-wajah menyiratkan kesedihan. Tiba-tiba sebuah mangga jatuh dari tangkainya.
“ Imu…maafkan uni karena terlambat mengajak Imu untuk memetik mangga ini.”


KETERANGAN:
Indak : tidak
Samba lado : sambal khas minang
Ondeh : aduh
Beko tatalan tulang pulo : nanti tertelan tulang
Indak tantu Esy do ni : Tidak tahu Esy ni
Indak buliah : tidak boleh
Kama Esy tuh : Esy kemana
Angku : panggilan untuk orang yang dituakan
Ambo : saya
“ gue yakin seyakin-yakinnya, nilai ujian gue semester ini nggak bakal mangecewakan…” Faisal berujar dengan penuh percaya diri sehabis menyelesaikan ujian semester terakhirnya.
“ gue nggak pernah nyontek, nggak liat jimat, nggak nengok kiri-kanan, nggak pergi ke dukun, nggak…”
“iye…iye… gue yakin lu bakal dapat IP. 4,01 dah.” Somad bicara geram
“ oh… otomatis dong!. Tiap malem gue belajar, ngulang-ngulang pelajaran, masa nggak ada hasilnya.” Faisal tersenyum bangga sambil menyeruput es kelapa muda mang toing di halte depan kampus.
Semester ini adalah semester yang paling menggairahkan bagi faisal, semangat belajarnya tumbuh seperti tanaman yang senantiasa disiram dan diberi pupuk kompos. Waktu-waktu senggang sering dimanfaatkan untuk membaca di perpustakaan atau berselanjar ke dunia maya.
“ lu tahu nggak mad?, di zaman multidimensi sekarang ini, kita harus jadi agen peubah. Harus jadi creator!.” Ujar Faisal membara di bawah terik matahari merah.
“ maksud lu?.”
“ ya….kita kudu jadi generasi yang punya kepribadian, bukan generasi ikut-ikutan. Kita harus punya semangat juang, seperti para pahlawan bangsa yang telah mati-matian mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.” Ucap Faisal seraya mengepalkan tangan ke udara.
“ gue tahu, tapi nggak mesti segitu kali ekspresi lu!. Kayak orang yang lagi kena guna-guna… norak..!!!”
“ whhaaaatttsss……!!!!! Kena guna-guna??.. norak….? Ekspresi lambang kepribadian coy…!!!. Jangan ditahan-tahan, mesti tersalurkan. Nggak ada yang nama Taj Mahal. Menara Eiffel, sampe tower yang tinggi menjulang disono tanpa adanya ekspresi.” Faisal kembali membela diri.
“ ape kata lu dah, emang lewat girang lu nih hari.” Somad berdiri mengawali langkah.
“ kemana mad?”.
“ pulang.”
“ nggak main dulu?.”
“ capek gue, lu maen aja sendiri!.”
###
“ gue mesti buat pesta kecil untuk ngerayain keberhasilan ujian gue kali ini.” Fikir faisal merenung di atas tempat tidur.
“ ntar gue undang soim, khairul, atang, santi, muji, prasetyo cokro kelana, regar, pokoknya sekelas full, makan nasi tumpeng buatan mak.”
Faisal seolah sedang menari kegirangan di atas langit-langit rumah, membayangkan keberhasilan dan ucapan selamat yang kelak akan diterima.
“ ngapain lu di dalam sal?, bantuin mak jaga warung kenapa?.” Lengking suara mak membuyarkan lamunan faisal, segera ia mengambil posisi siaga dan berlari ke luar kamar.
“ lu ngapain di dalam?.”
“ nggak ngapa-ngapain mak.”
“ lu jaga warung bentar, mak mau arisan RT di rumah wak romlah. Lu jangan pergi-pergi!, ntar yang beli susah nyari.”
“ iye, tapi jangan lupa bawa pulang oleh-olehnya ya mak….”
Mak hanya mendesah berat kemudian pergi meninggalkan faisal yang masih berdiri manis di pintu kamar.
Faisal, anak sulung Rojali Harun Yahya dan Fatimah, menduduki tempat teratas polling pemuda keren dan gaul sekecamatan, mendapatkan gelar pamungkas sakti mandra guna dari perguruan silat hitam-putih, meraih penghargaan sebagai aktifis ronda teladan dari RT setempat. Tak ada yang tidak mengenal Faisal, namanya disebut dimana-mana, di acara adat, di rapat kelurahan, di posko pemuda, dialah buah bibir yang tak jemu dibicarakan. Apalagi sekarang, dia telah berhasil menyandang status mahasiswa perguruan tinggi favorit di negri ini.
Para ibu-ibu kompleks juga sering menjodoh-jodohkan adik, keponakan, bahkan anak mereka sama faisal. Alangkah senang hati faisal saat ini, ketenarannya melebihi bintang film wiro sableng naga geni 212. Kemanapun pergi tak lupa pasang rupa manis, senyum tiga senti kiri kanan, mangut-mangut, menyapa ramah. Itu semua demi menjaga image diri,
“ beli beras tiga kilo sal?.” Suara nyaring mpok saroh mengagetkan faisal.
“ kenapa teriak-teriak mpok?, ada banjir lagi?.”
“ lu budek amat yah, gue mau beli beras tiga kilo…”
“ suaranya yang ademan dikit napa mpok, aye dengar kok.” Cerutu faisal, mpok saroh malah cengar-cengir nggak karuan.
“ ada lagi mpok?.”
“ itu aja dulu deh, berapaan duit?.”
“ lima belas ribu.”
“ ya udah, tambahin sama bon gue dua hari yang lalu ya!.”
“ jadi mpok….???”
“ hehehe…. utang dulu.”
Faisal manyun, menekuk muka, bibirnya maju sekian sentimeter. Apa mau dikata, ingin menolak tidak sampai hati.
“ makasih ya sal.” Ucap mpok saroh girang. Hilang bayangan mpok saroh dari balik pengkolan belum hilang rasa kesal faisal kena tipu.
“ kalo ngutang kenapa nggak bilang dari awal.” Cetus faisal.
“ ngutang boleh, tapi jangan keterusan dong!.” Tambah faisal lagi.
“ kenape lu sal?.” Rojali , abah faisal bertanya karena keheranan melihat sang anak ngomong sendiri.
“ nggak kenapa-napa bah, Cuma kesal aja, orang belanja kok pada ngutang.”
“ lu kudu maklum sal!, zaman sekarang semua susah, ngasih utangan secara nggak langsung kita udah bantu orang.” Ucap abah rojali bijak.
“ tapi liat sikon juga kan bah, tiap hari ngutangin orang kita juga bisa bangkrut.”
“ lu yakin nggak kalo rejeki kita nggak bakal dimakan orang?, pernah selama ini lu kelaparan karena nggak ada makanan?.”
Faisal menggeleng.
“ makanya, bersyukur lu jadi orang!. Kita nggak tahu satu atau dua rumah dari sini orangnya udah sarapan pagi atau belum?, ada lauk apa kagak?, jadi orang jangan pelit!.” Nasihat abah begitu menyentuh, hampir-hampir air mata keluar dari kalopak mata faisal, tapi buru-buru dihapus.
“ kenape sal?.”
“ kelilipan bah.” Ucap faisal mengecoh.
***
“ dari dulu sampe sekarang, dari zaman kita mandi di empang sampai mandi di kolam renang,dari yang dulunya kudisan sampe sekarang panuan, eh salah!!!. Dari yang dulunya ileran sampe sekarang agak machoan, yang namanya lu mad, dihati gue tetap tidak berubah.” Ucap faisal mengejutkan somad, seperti ketimpa durian tanpa duri atau rambutan botak.
“ kenape lu sal, lagi nggigau?.” Somad balik bertanya.
“ gue serius…..!!!.” faisal meyakinkan.
“ lu normal-normal aje kan?.”
“ gue waras, serius, nggak becanda,”
“ trus maksud lu?.”
“ lu tahu kan mad, gue anak baik, sopan, dan rendah hati. Persahabatan yang sudah kita pupuk selama bertahun-tahun sejak SD dulu, tak boleh lapuk oleh hujan, tak boleh lekang oleh panas.”
“ artinya….?.”
“ artinya, bagaimanapun masalah-masalah ruwet yang selama ini datang silih berganti. Jangan jadikan sebagai pemecah belah hubungan kita.”
“ gue setuju.”
“ apalagi gue, jadi….., kita harus tolong-menolong, bantu-membantu, bersama menyelesaikan masalah saudara.”
“ lu kayak pujangga aje sal.”
“ ya rencananya gue mau mulai bikin novel best seller, ntar ujungnya dijadiin film gitu…!!.” Faisal cengengesan.
“ gaya lu selangit!.”
“ cita-cita boleh dong, apa salahnya?. Tapi sekarang cita-cita utama gue adalah menjadi nomor wahid di semester ini.” Faisal menatap tajam ke langit lepas.
“ lu yakin sama perjuangan lu?.” Somad seolah memberi angin.
“ gue Cuma pengen buktiin sama dunia, kalau Faisal Sandriaga layak diperhitungkan di ranah akademisi intelektual.”
“ tapi lu jangan lupa sal!, ranah akademisi yang lu bilang tidak hanya milik orang-orang berotak encer dengan IPk sempurna, tapi ranah itu juga perlu orang-orang yang berwawasan luas, berintegritas, dan mau bekerja cepat.”
“ sejak kapan lu pandai beragrumen?.” Faisal tersentak takjub.
“ nggak semua yang luarnya singa senang memangsa, ada juga kok yang luarnya singa tapi dalamnya merpati, lembut dan penuh perhatian, tenang dan diselimuti kedamaian.”
“ mak….”
“ sal, lu juga mesti hati-hati sama sesuatu yang lu pandang indah dan sempurna. Terkadang hal-hal yang seolah mampu dicapai ternyata tak layak buat kita terima.”
“ tapi hasil kan sejalan dengan usaha?.”
“ yang tahu sejauh mana usaha lu kan cuma lu sama Tuhan doang, yang lain mana ngerti… nggak peduli!.”
“ Tuhan gue Maha Pengasih kok.”
“ tak akan dikatakan beriman suatu kaum, sebelum diberi ujian. Dikasih peregangan dengan sedikit ketakutan, kesedihan, dan kelaparan.” Somad terpacu semangat.
“ harus di uji lagi?.”
“ yes bro…., buat nentuin kadar iman kita, kadar cinta kita sama Allah, Tuhan kita. Kita mesti ingat satu hal bro, diatas langit masih ada langit!. Sekalipun kita mendongak dari tempat tertinggi dimuka bumi ini, dari angkasa sana kita tetap laksana sebutir pasir, lebih kecil bahkan. Kemampuan kita, pola fikir kita, harta ibu bapak kita, tak akan bisa jadi pedoman buat kemuliaan kita.”
“ lu bener-bener dahsyat mad….!!!.”
“ gue Cuma pengen jadi diri sendiri. Optimalisasi diri tanpa harus mengganggu jatah orang lain. Apapun hasilnya akan gue terima. Gue dengar nilai semester ini udah keluar di situs internet, coba lu buka portal akademik lu, gue harap hasilnya benar-benar memuaskan.”
***
“ Whattttssss….. astagfirullah….” Faisal tercengang melihat layar computer di depannya, semua “warga warnet “ melirik kearahnya.
“ kenapa sal?.” Somad bertanya cemas, kebetulan tadi mengambil tempat duduk pas disebelah faisal.
“ Ya Allah…. Farmakologi B, patofisiologi B, serologi C, Kimia Bahan Alam C, ini nilai gue?.” Faisal bertanya dalam hati.
Berton-ton penyesalan tumpah ruah disudut hati, sempit sekali rasanya hingga menyesakkan dada.
“ cowok boleh nangis nggak mad?.”
“ kenapa tidak.” Somad menjawab santai.
Mata faisal berkaca-kaca, memandangi pemandangan yang selama ini tidak pernah ia bayangkan. Tidak ada acara makan tumpeng buatan mak….
“ ternyata begini hasilnya dan kau faisal tak boleh menyerah!.”

Ilmu laksana mata air yang tak penah berhenti mengalir, laksana tepian tempat menyeka dahaga, laksana benteng tempat melindungi diri. Ilmu pengantar kebahagian, gerbang kebangkitan, jendela pengharapan. Imam Hasan al-Bashri bernah berkata, “ Orang yang beramal tetapi tidak disertai dengan ilmu pengetahuan tentang itu, bagaikan orang yang melangkahkan kaki tetapi tidak meniti jalan yang benar. Orang yang melakukan sesuatu tetapi tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu itu, maka dia akan membuat kerusakan yang lebih banyak daripada perbaikan yang dilakukan. Carilah ilmu selama ia tidak mengganggu ibadah yang engkau lakukan. Dan beribadahlah selama ibadah itu tidak mengganggu pencarian ilmu pengetahuan. karena ada sebagian kaum muslimin yang melakukan ibadah, tetapi mereka meninggalkan ilmu pengetahuan, sehingga mereka keluar dengan pedang untuk membunuh umat Muhammad SAW. Kalau mereka mau mencari ilmu pengetahuan, niscaya  mereka tidak akan melakukan seperti apa yang mereka lakukan itu”.
Sesungguhnya ilmu pengetahuan lebih didahulukan atas amal perbuatan, Rasulullah Muhammad Saw diturunkan kedunia pun untuk menerangi dunia dengan ilmu.  Karena ilmu pengetahuan yang dapat membedakan antara haq dan bathil, antara sunnah dan bid’ah, antara halal dan haram, antara perbuatan yang terpuji dan zina.
Kita semua adalah pembelajar. Sadar ataupun tidak, dari dalam kandungan ibu, kita sudah dibekali “insting” untuk merasakan kenyamanan dan  kehangatan. Kita tahu  dekapan hangat ibu berbeda dengan dekapan orang lain.
Setelah sedikit besar, giliran ayah yang mengajar kita melangkahkan kaki. Memapah tubuh agar seimbang dan tidak rubuh. Begitu menikmati pembelajaran itu dan kini kita telah pandai berlari.
Ayah menyuruh berlari mencari dunia sendiri, gali ilmu yang membekali, amal yang menyelamatkan. Ibu menasihati agar jiwa senantiasa terbasuh, ruh jangan sampai kumuh, dan nafsu tak selalu  memburu.
Maka, melesatlah wahai Sang Pembelajar!!!  Karena kau pengembara sejati, perjalananmu takkan terhenti sampai israil menyambutmu di hari kesudahan nanti. Allah mengangkatmu beberapa derajat dibanding yang lain. Tahukah kau, bahwa para malaikat turun mendoakan para penuntut ilmu dengan melebarkan sayap-sayapnya, bersama-sama mengelilingi sampai mereka mencapai langit pertama. Itu karena cintanya malaikat kepada sang penuntut ilmu
Pernah suatu malam, Rasulullah Saw datang ke masjid. Beliau melihat iblis berdiri di depan pintu. Beliau lantas menegurnya, “ hai iblis, apa yang kamu perbuat?”. Iblis menjawab, “ Ya Rasulullah, aku hendak masuk ke masjid untuk menggoda orang yang sedang salat itu, tapi aku takut karena di dekatnya ada orang tidur”. Nabi Saw bertanya, “ mengapa kamu tidak takut kepada orang yang sedang salat, padahal ia sedang berdialog dengan Tuhannya? Mengapa justru takut kepada orang yang sedang tidur, bukankah ia tengah dalam keadaan lalai?”. Iblis menjawab, “ Ya… Rasulullah, orang yang salat itu orang bodoh, sehingga mudah bagiku untuk mengganggunya. Tetapi orang yang sedang tidur itu orang berilmu. Kalaupun aku berhasil merusak  salat orang bodoh itu, orang berilmu itu akan terbangun. Niscaya ia akan membetulkan salat orang yang bodoh itu.” Rasulullahpun bersabda, “ Tidur orang alim itu lebih baik daripada tidurnya orang bodoh.”
Nah… dalam urusan tidur saja orang berilmu lebih baik, apalagi dalam urusan yang lebih besar.  
Jika lautan itu jadi tinta dan ranting-ranting di muka bumi ini jadi penanya, maka takkan cukup menuliskan ilmu Tuhanmu. Sesungguhnya Dia telah mempersiapkanmu untuk urusan penting sekiranya engkau memahami. Oleh karena itu, angkatlah dirimu tinggi-tinggi, jangan sampai engkau disamakan  dengan peliharaan yang bisa ditelantarkan.
Jadi… Selamat menikmati sajian ilmu, amalkan ia niscaya engkau akan bahagia…(wallahualam bissawab)

About Me

Foto saya
Padang - Bengkulu
Hii, my name is yona//25 yo// Pharmacist// Teacher// Love writing, reading, traveling, and culinary// English learner.

Popular Posts

Categories

Blog Archive

TAMU