Minggu, 30 Oktober 2011

Percaya padaku 
Sini ku ajak engkau 
Mencari harta karun… 

Awal tahun menjadi mahasiswa baru. Saat itu aku sedikit kaget dengan perubahan suhu hidup. Kesibukan dengan mata kuliah yang padat, pembinaan tahun satu bersama senior, BBMK Universitas yang saat itu aku memilih FKI Rabbani, Mentoring yang senantiasa memonitor, Agenda wisma seperti piket harian, mingguan, dan piket masak. Gerah! Sungguh… Belum lagi sms undangan yang manis bertengger di inbox hp.Hari sekian, jam sekian, diharapkan kedatangannya!...  ini undangan kok maksa?

Bapak itu ngasih ilmu atau dongeng sebelum tidur sih?... bawaannya ngantuk! Ikhlas nggak pak?. Ibu itu bisa nggak ya kalo nggak marah-marah?. Satu yang salah semua kena marah!. Uni dan uda itu bisa nggak ya kalo nggak bawel… kok selalu ngatur-ngatur?... Saya capek… sungguh saya capek sodara-sodara!

Yah…  anak baru, maklum! Saat itu hampir setiap malam aku mengeluh pada kakak satu kamar…. Kakakkkk… na nggak tahan!. Na capek. Na betmut. Na mau pingsan. Na mau lupakan kalo na mahasiswa!,. Na mau pulang…. ( geleng-geleng kepala kalo ingat sekarang)
Sang kakakku itu hanya membalas halus… “ aku dulu juga begitu!.”
Yeah…  “ Kak, aku pengeluh ya?.”
“ hmmm….. kayaknya sedikit.”
“ sedikit atau banyak?.”
“ sedikit banyak….”
Hancur berkeping-keping di lubuk hati… Sebuah kenyataan yang sebenarnya sudah kusadari sejak awal. Kok aku menjadi pengeluh begini?
“ Kak…. Apa sih yang membuat kakak merasa sangat bahagia?.”
“ Aku akan bahagia sekali jika aku bisa belajar dengan sungguh-sungguh.”
“ Loh, kok gitu?.”
“ karena hanya dengan begitu aku bisa membahagiakan orang tua. Dengan belajar sungguh-sungguh!. Orang tua kita pasti bahagia melihat kita belajar dengan baik, memberikan nilai terbaik kita pada mereka.”
Aku terpukau. Terpesona mendengar jawaban kakak yang pendiam ini. Terbayang tiap malam aku menjadi pengganggu ritual belajarnya. Menyesal ….!!! Maaf kak!
Di sepanjang jalan kenangan aku merenung. Tentang cita-cita, pengorbanan, tetes keringat, doa-doa, hingga aku di takdirkan untuk sampai pada titik ini. Aku teringat dengan air mata mereka…. Sebenarnya apa yang mereka inginkan dariku????  Segunung emas permata? Kedudukan? Atau  Kulkas, TV baru, Mobil, Jalan-jalan keliling dunia?
Ibu dan ayahku tidak pernah minta itu padaku.. Apa yang mereka pinta? Sederhana….  Aku berusaha sungguh-sungguh untuk kebahagiaanku di masa depan!
Yang mereka inginkan aku bahagia… itu saja!
Setelah hari itu… Jangan lagi menjadi pengeluh!... harus kuat, harus tabah, harus sungguh-sungguh! Dan kepadamu teman…
Ku ajak mencari harta karun bersama-sama… Mujahadah kita… bersungguh-sungguh….!!!

Thanks to: Kenan “ As-sofiyah members….”
Untuk para dinda di rumah… Semangat senantiasa!!!

Kamis, 27 Oktober 2011

Aku rindu ia
Wanita bergerobak merah
Peluhnya harum....

Aku tak malu jadi milikmu
Tak akan pernah
Cita kita kan kujaga
Bersama menemanimu

Sesekali  kau bertanya,
" Kapan kita jumpa nanda?."
Yakinku padamu Sejengkal waktu
Hanya sejengkal
Ku ajak dikau bertualang
ke ranah alang-alang
Ketika kecil dulu
Engkau sabar menunjuki jalan....

Minggu, 16 Oktober 2011


Di suatu minggu yang panas, aku berkumpul melingkar bersama guru spiritual.  Memangnya para artis saja yang mengaku berguru spiritual? Aku juga ia, sejuta orang di luar sana juga ia, dan sobat yang membaca tulisan ini moga juga ia.... Amin…
Setiap melingkar bersamanya, ada-ada saja yang aku bawa pulang…  Kadang semangat baru, kadang refresh ilmu, kadang segudang optimisme, kadang kedalaman cinta, dan kadang malah pulang bawa kue…
Nah tika itu, sehabis membahas suatu hal, sampailah pada sesi qodoyah alias curhat…
“ ada yang mau bercerita seru hari ini?.” Ujar sang moderator dengan bijak.
Semua yang hadir saling pandang senyum.  Entah apa yang ada di fikiran kami masing-masing.
“ saya mau tanya guru.” Kata seorang teman.
“ Yah…. Silahkan.” Guru spiritual kami menyilahkan.
“ Begini guru, saya di kampus memegang amanah di bagian X, sebenarnya saya udah gimana ya?. Hufh… saya sebenarnya bingung, saya merasa aneh, kenapa yang di  tunjuk itu saya-saya saja. Kadang saya merasa capek, letih. Emangnya di tempat itu nggak ada yang lain?. Saya kan juga mau ke organisasi lain, merasakan enaknya punya teman baru, suasana baru, biar refresh. Nggak monoton. Tapi.. Gimana menurut guru. Saya harus bagaimana?.” teman yang qodhoya bercerita panjang lebar.
Saya mendengar dengan teliti.
“ Ayoh, siapa yang mau berkomentar?.” Sang guru malah melempar pertanyaan pada kami semua.
Tak ada satupun dari kami yang buka mulut lalu bersuara…
Guru melanjutkan…
“ saya ingat sebuah nasyid, saya tidak bisa menyanyi tapi liriknya, kami adalah panah-panah terbujur yang siap dilepaskan dari busur, tujuh sasaran siapapun pemanahnya. Nah…. Adik-adik sekalian sekarang adalah panah-panah itu, mau di lepaskan ke sasaran mana saja seharusnya tidak mengapa. Siapapun pemanahnya seharusnya kita tetap siap. Mau dapat amanah di mana saja, jadi ketua, jadi koordinator, bahkan staf  belakang layar nggak masalah!. Harus siap, harus tahu banyak hal!. Ingat apa yang di katakan salah seorang khulafaurasyidin, jika ada seribu orang yang ikut, maka salah satunya adalah aku. Jika ada seratus orang yang ikut maka salah satunya adalah aku. Jika ada sepuluh orang yang ikut, disana harus ada aku. Dan jika hanya ada satu orang yang ikut, maka itu ADALAH AKU!.”
Aku merinding mendengarnya…. Aku bahkan terkadang berfikir,” kan sudah ada dia, ah…nanti dia pasti bisa ngatur!”
Atau
 “ kan sudah banyak teman yang berkontribusi, jadi nggak masalah kalau aku nggak ikut.”
Benar-benar salah persepsi…
Kini sadar, jika aku belum mampu menjadi panah-panah yang siap di lepas dari busurnya.

*redaksional percakapan di edit sendiri oleh penulis tanpa mengurangi makna cerita….
Thanks to: Sang Guru Spiritual dan teman mainku…

Jumat, 14 Oktober 2011


Tak sengaja mataku beradu dengan matanya yang coklat terang...
Ku ulaskan senyum, seperti biasa, antusias melihat orang baru, “ Jual apa?”
“ Kue talam kak…” jawabnya tenang…
Sayang, aku habis makan batagor di tempat mengajar….
Perut sudah kenyang betul…
Ku langkahkan kaki setara dengannya…
Ku perhatikan ia dengan perasaan kagum… Ya.. kekaguman yang lebih besar di banding rasa kagum melihat para professor di kampus…
“ Kueeee…. Talllllaaaaaa…….aaaa…mmmmmm.”  Teriaknya khas, kadang ku dengar mirip teriakan tarzan.
Kau tahu rasa malu?
Apa bedanya dengan percaya diri?
Jika boleh dik, aku minta secuil rasa percaya dirimu….???
Tak malu kau berjualan teriak-teriak, jalan berkilo-kilo…
Tak malu kau membantu orang tua, tak malu dengan keadaan diri
Tak malu dik….. Aku salut!!!
Ketika teman sebayamu menghisap rokok, mencandu…
Kau tetap berteriak merdu…” Kue Taaaallllaaaa…aaaammmmmmm”
Dimataku kau bocah laki-laki yang mengagumkan….


About Me

Foto saya
Padang - Bengkulu
Hii, my name is yona//25 yo// Pharmacist// Teacher// Love writing, reading, traveling, and culinary// English learner.

Popular Posts

Categories

TAMU