Sabtu, 30 Mei 2015

Jika nyamuk yang sudah ada di dalam tangan kita, tinggal sedikit tekanan nyamuk akan “penyet”, tapi hal itu kita urungkan karena merasa kasihan terhadap nyamuk.. Bagaimanakah perasaan nyamuk?. Pernahkah memikirkan bahwa kita adalah harapan, walaupun “hanya” “sekedar” dari seekor nyamuk pembiang penyakit?

Nyamuk punya perasaankah?..
Punya mungkin!.. kalau tidak darimana dia tahu itu kulit manusia atau kulit kayu?... hhaaha
Apatah lagi manusia, perasaannya berwarna-warna mulai dari merah muda hingga hijau toska. Dan uniknya, perasaan manusia itu butuh di harga-i.

Mengapa perasaan manusia butuh penghargaan?.. karena manusia itu lemah, barangkali. Tanpa penghargaan ia akan jatuh. Bisa jadi, penghargaan adalah tonggak kuatnya ia berdiri. ^_^

Tapi perasaan tetaplah raja di hati, ia akan tahu dengan jernih
Mana kebajikan, mana keburukan
Mana kasih sayang, mana pura-pura kasih juga pura-pura sayang
Mana yang tulus, mana yang bulus
.




Jumat, 15 Mei 2015


Maukah jika kita berbagi ketakutan kita?
tidak, tentu saja tidak!
Atau bagaimana jika kita saling berbagi kesedihan saja?
tidak mau juga!
kita berbagi keluh kesah, lebih mudah bukan?
tidak mau! tetap tidak mau!
apakah kau memang sebegitu tidak ingin berbagi?
tentu aku suka jika kita saling berbagi..
lalu...?
arahkan matamu ke bulan lalu ke tanah..
."Mungkin, ketakutan kita tidak seperti takutnya penderita sakit parah yang umurnya ditakar dokter. Sedih kita belum sesedih bayi merah yang di buang ibunya di sebelah parit tersumbat, dan keluh kesah kita belum sehebat mereka yang 3 hari lalu terakhir makan..."



#
Lihatlah bulan..
aku takut bulan hilang
bagaimana aku bisa berjalan dalam gelap?
karena dalam diriku cahaya akan hilang
yaa..
dan hampir hilang!




Are you going to Scarborough Fair?
Parsley, sage, rosemary & thyme
Remember me to one who lives there
She once was a true love of mine
Scarborough Fair by.Simon and Garfunkel









Kamis, 14 Mei 2015

Beberapa waktu lalu seorang teman esempe menyapaku di efbi,
“yon, konfirmlah aku tuuu..!” tulisnya.
Seingatku  kami sudah berteman di efbi,  aku tanya mengapa minta konfirm lagi. Ternyata efbi lamanya terkunci.. dan bla..bla.. bla... ceritanya.
“yon, kamu sudah menetap di bengkulu?..”tanyanya
Saat ini iya, tapi belum pasti kedepannya, sekarang aku bekerja disini. Jelasku.
“di bengkulu saja yon!” katanya
Memang kamu saja yang mau lihat Tokyo Tower, kataku
“Tokyo Tower tidak seindah ceritanya yon, hahahhaa!” jawabnya tertawa, seperti sepele.
Ya, dia adalah teman baikku yang sekarang bekerja sebagai tenaga kerja indonesia di negeri matahari terbit, Jepang.

Zeeppp...zeppp....tsseepppp!! (suara pedang)
Memoriku kembali ke masa 9, 10 tahun yang lalu.
Kami “anak cewek” duduk di barisan belakang, tempatku di ujung sudut sebelah kiri, terpojok!. Sedangkan,  “anak cowok” yang nakal-nakal (pakai sangat) itu di amanahkan duduk di depan.  Jika aku berada di tempatku pada jam istirahat atau sebelum guru masuk, akan ada yang melempar rerumputan atau kerikil kecil dari atas ventilasi, tujuannya sampai sekarang tidak aku ketahui. Terkena lemparan seperti itu sebenarnya tidak sakit, tetapi mengesalkan.
 “Woi, ngapoin kalian sih? Jahil nian!.” Teriakku dengan emosi membara
Biang keroknya siapa lagi, kalau bukan!...
Kadang aku intai dan ketika mereka ketahuan beraksi, aku teriak..

“hoyy...hoyy...hoyy!”,
Aku lempar juga mereka pakai batu. Batu kecil lahh..


Suatu hari temanku yang suka melempar rumput dan kerikil ke mejaku itu terlibat perkelahian dengan temanku yang lain. Alasannya kudengar, temanku enggan membelikan rokok yang di minta temanku yang lain itu. Perkelahian itu sangat tidak sengit, tak ada perlawanan, ketika di pukulpun, dia tidak menghindar dan tidak lari. “Bodoh sekali!”. Fikirku.
Bahkan aku sempat berteriak, “kalau dak galak balas, menghindarlah!, jangan galak di pukul cak itu!”  (kalau tidak ingin membalas, menghindarlah!, jangan mau di pukul seperti itu). Tapi, tetap saja dia berdiri di tempat yang sama.
Aku ajak seorang teman menemui wali kelas (dari dulu sudah punya bakat pengadu ^_^).
“buk, jangan bilang na yang mengadu ya!” pintaku diplomatis..
Akhirnya wali kelas kami datang, sedikit marah, lalu mendamaikan mereka.
Sampai sekarangpun barangkali mereka tidak tahu ada yang mengadu. Walikelas kami memang juara.


Zeeppp...zeppp....tsseepppp!! (suara pedang)
Kembali ke masa sekarang.
“yon, mana fotomu di efbi?..”
Bukan public figure belum perlu foto profil pun... itu kataku pada diri sendiri (dalam hati).

Dan...
Cepek nian kito besak yo!..
sudah  menghasilkan beberapa cerita yang unik pula.
Dari awalnya yang cengeng, berubah jadi sok besar, lalu kita benar-benar besar!
Tapi ya..
tetap saja cengeng!

Cepek nian kito besak yo!..
Hmm...
Terimakasih karena tidak sombong, untuk masih menyapa..
Kangetnya,
kulihat kau merubah warna rambut menjadi kekinian sekali..
jika nyatanya kau tidak sombong pada makhlukNya, semoga tidak pernah sombong pada Penciptanya..
semoga tidak pernah tinggal sembahyang!

“yon, kalau aku lah balik kelak, kito ke tempat buk sumi (wali kelas) galak yon!”.
masyaAllah.. mataku rasanya berkaca-kaca..
“ kito ajak kawan-kawan..!”
“ iyo, kito ajak kawan-kawan..”


Australian man
Scandinavian town
Kicking stones around the square
He sat for a while, forced out a smile
As if someone would care..
Passenger memulai “traveling alone”nya

Sabtu, 09 Mei 2015


Minggu ini entah mengapa anak-anak di kelas membuat "hal" yang luar biasa.
Mulai dari kelas kotor di jam belajar, duduk-duduk di lantai bercengkrama-cengkrami tak sadar gurunya telah datang, sampai pada menguap-uap di kelas berkali-kali saat pelajaran berlangsung. Lalu sampailah puncaknya, dari 10 kelompok hanya 3 saja yang membawa makalah lengkap mereka. Padahal kita  sudah janjian 2 minggu sebelumnya.

Aku keluar kelas setelah masuk sekitar 15 menit saja. Memberi nilai pada yang membawa tugas lengkap. Anak "nakal" itu mengikutiku dan meminta jangan marah pada mereka..
Aku jawab, 
"kenapa  harus marah, aku tidak marah... aku hanya tidak ingin mengajar anak yang memang tidak ingin belajar, tampaknya kalian memang sedang tidak ingin belajar!"
lalu mereka membujuk dan minta maaf,
aku bilang,
"adalah hak setiap siswa untuk mengerjakan tugas atau tidak, adalah hak guru untuk memberi nilai atau tidak pada siswanya."
sekali lagi aku bilang,
"santai saja, saya tidak marah.. nilai kalian tetap ada tapi tentu sesuai dengan apa yang kalian kerjakan"

Minggu lalu kepada anak yang tidak membawa buku latihan aku suruh pergi kantin, belajar atau makanlah di kantin, mau ke musalah juga boleh mau tiduran atau sembahyang sunat.
dan aku tidak marah..

hanya saja, kita sudah berjanji untuk tunduk pada aturan..
kita harus menghargai aturan itu sebagai bentuk penghargaan kita pada diri kita sendiri.
aku seperti tidak ikhlas, jika...
seorang anak hanya takut nilai mereka kecil pada mata pelajaran sekolah
tapi kehilangan "nilai" yang seharusnya mereka bawa pada dunia yang buas ini.


About Me

Foto saya
Padang - Bengkulu
Hii, my name is yona//25 yo// Pharmacist// Teacher// Love writing, reading, traveling, and culinary// English learner.

Popular Posts

Categories

TAMU