Mari sejenak beranjak
Dari gerumun nafsu sendiri
Kita pergi ke negeri angan
Di sana mungkin bisa sebentar menghela nafas
Ini bukan sinetron
Tapi nyata sandiwara
Aku ingin peran
protagonis
Tapi ternyata banyak musuh memata-matai
Banyak caci caci dan maki maki
Memang manusia hanya bisanya begitu!
Hufh..
Aku berfikir
Mencoba utuh
Tapi masalah bumi ini seperti senyawa komplek, beranak-pinak
Bukan hanya global warming
Bukan hanya polusi
Bukan hanya AIDS dan HIV
Tapi sampai masalah sejengkal tanah pekuburan
Sampai dua cacah ubi kayu yang di curi Si Nenek
Lantas apa??
Sekarang, Bahan Bakar...!!!
Ini rumit sobat
Bagi akalku yang lebih sering mengerucut
Tumpul tanpa asahan
Aku tahu
Kita lapar dilumbung padi
Kita kwasiokor di samping sapi gemuk
Malunya kita pada sapi...!!
Atap-atap rumah tak mampu tadahkan hujan
Dinding-dinding dimakan gerombolan rayap
Ibu-ibu kita berpakaian lusuh
Bibir tak di beri gincu...
Bapak-bapak kita berkulit gosong di hantam matahari
luka kaki yang tak di obati...
“ lebih baik duit berobat, untuk makan hari ini.”
Ini rumit sobat
Bagi akalku yang lebih sering mengerucut
Tumpul tanpa asahan
Kenapa Bapak-Bapak itu ribut dengan koalisi dan oposisi?
Bukannya bekerja sejahterakan kami
Biar ibu-ibu kami berwajah cerah
Bergincu merah muda
Biar bapak-bapak kami bisa
Mengobati luka-luka di kaki mereka
mengunjungi pengunjung setia blog saya...
BalasHapushehe
jadilah aktor,,atw aktris.. karna sungguh tdak enak menjadi penonton sekalipun kamu adlah "the man behind the scene"...
Terima kasih....
BalasHapusMasalahnya,
saya tidak ingin jadi aktris pak!
saya Ingin jadi penulis.... ^_^
Dan tulisan saya itu tidak untuk di Filmkan...
^_^