Judulnya ajalah ya yang english-an..
biar ceritera ini lebih mengalir dan bisa dinikmati sambil menyeruput kopi.
Sejak aku pulang dari menuntut ilmu kanuragan di tanah leluhur, aku lebih
sering bersembunyi di dalam kotak kubus, ukuran 3 kali 3 meter, yang sudah
dipatenkan sebagai “Kamar Uni” sejak aku
kelas 4 SD. Tak suka keluar rumah, Yaa... seperti biasa, kecuali jika ada
urusan penting seperti ke kantor polisi atau ke pasar.
Kerja apa sekarang? Setidaknya itu pertanyaan para junior atau
teman melalui pesan singkat. Sungguh aku tidak suka di bilang pengangguran hihihi..
cuci piring tiap hari, cuci baju tiap 2 hari, giling cabe (kadang-kadang),
bikin kopi tiap pagi, jelas itu rutinitas yang tidak sesepele
pengangguran. Satu pekerjaan terberat
adalah menemani ibu ke pasar. .. temani beli beras, beli cabe, beli telur, beli
sayur.. Jangan sepelekan kerja
perempuan!. Belum lagi kerja meramu yang
dibeli dipasar tadi hingga berada di tudung saji.
Mungkin antara aku
dan fresh graduate lain punya teknik, metode, atau apalah namanya yang berbeda
untuk melanjutkan kehidupan. Dan dari jalan yang kita pilih, kita bisa menilai
karakter diri sendiri. Oke-oke, kita kesampingkan dulu persoalan ini, kita
kembali ke judul di atas..
A Man and His Queen
Hari ini (kalau tak salah) kali ketiga kau menemani ibu
keliling Pasar Tradisional Panorama Bengkulu (Lengkaplah ya alamatnya). Jika
mengikuti ibu ke pasar, seluruh sudut pasar akan di telusuri. Dari jalan becek
sampai toko bermarmer. Beli mainan anak-anak sampai bawang merah. Lengkap!! Komplit!.
Sampai di rumah biasanya aku langsung ketiduran karena capek. Tapi, aku jadi tahu ciri cabe yang baik,
tempat yang murah, ciri-ciri kerupuk ubi yang garing.. wahh banyaklah!!
Nah, tadi kami sedang berada di Toko Uda Roni, itu nama
tokonya loh!, yang menjual bumbu masak. Aku melihat kearah penjual ikan. Di
sana ada seorang lelaki muda dengan plastik hitam besar di tangan dan wanita
lebih dari paruh baya, si ibu lelaki muda itu. Aku melihat, mereka saling tawar
menawar dan menunjuk-nunjuk ikan. Hari ini mendung, lepas hujan lebat malam
tadi, cuaca tidak terik seperti biasa. Aku terperangah pada orang-orang yang
kulihat. Dia mau menemani maknya ke pasar ikan yang bau, dia membawa kantong hitam
yang sama sekali tidak lebih keren dari tas p*lo, dia tidak malu berjalan di belakang maknya bahkan menggandeng tangan maknya. Loca.. ya jalan loca.. jalan becek, tapi dia tak sungkan. Pemandangan yang sangat baik untuk di tiru.
Selepas dari Toko Uda Roni kami mampir ke Toko Baju Batik,
Batik Kencana Ungu ada pilihan pakaian sehari-hari ibu. Di toko itu kami juga
berjumpa dengan mak dan anak lelakinya. Santai Mak memilih baju, sang anak yang membawa
belajaan. Sayangnya, ketika mereka akan meninggalkan toko, barang bawaan sang
anak terjatuh.. isinya telur ayam, pecah semua!. Melihat insiden itu ibuku
berkomentar “ Anak bujang disuruh bawa belanjaan, manalah dia tahu!”. Benar kata ibuku, maknya salah! Untuk
belanjaan dapur seharusnya mak itu saja yang pegang . Karena anak lelaki
umumnya tidak terlalu sensitif untuk memikirkan apakah telur akan pecah, atau
minyak akan tumpah, atau penyet, terhimpit, dan sejenisnya. Alamiah begitu.. ^_^, Hukum alam kata orang.
Dari dua pemandangan itu, imajinasiku melesat pada cerita lampau,
Alqamah. Dia yang dikenal taat tapi mengalami kesulitan saat sakaratul maut.
Tak dinyana, sang ibu merasa tersakiti karena sejak Alqamah menikah. Alqamah
lebih memilih istrinya, memberikan yang terbaik untuk istri, mendahulukan istri.
Luka hati ibunda alqamah menyebabkan sulitnya
alqamah saat sakaratul maut, bahkan alqamah diperintahkan untuk di bakar saja. Setelah ibunda memaafkan kesalahan Alqamah,
barulah ia dapat menghembuskan nafas terakhir.
Hmm...Jika kita perhatikan!. Perilaku Alqamah sering muncul pada
banyak laki-laki masa kini. Di televisi, di media sosial, di depan mata kita
sekalipun, banyak yang berlebihan memuji
pasangan, secara ekstrim berbuat begini-begitu, tapi itu tidak sebanding dengan
cara mereka memperlakukan ibu mereka...
Syurga... Ya!.. Syurga perempuan terletak pada suaminya,
syurga suami terletak pada ibunya..
"Ratumu adalah ibu dan tidak akan pernah ada di atas itu.."
Belajar kita, semoga!.. supaya tidak melakukan sesuatu yang terbalik.
Belajar kita, semoga!.. Dari cerita-cerita lampau...
0 comments:
Posting Komentar