Pagi itu di awal Bulan November, aku bersama sebuah koper yang penuh dan berat. Berjalan dengan semangat 98
menuju ruang keberangkatan B7 Bandara Soekarno Hatta. Sebenarnya masih terlalu
pagi, tapi prinsip lebih baik menunggu daripada ketinggalan pesawat terus
terpatri di hati sanubari. Pukul 4 dini hari sebenarnya aku sudah berangkat
dari kota Bandung. So cold, aku lengkap bertarung di pagi buta dengan masker
dan jaket. Keberangkatan tercatat pukul 12.20... aku sudah stand by di
Bandara Pukul 9 pagi.. pelingak-pelinguk sejenak di ruang tunggu, aku langsung
pergi ke mushalah bandara.
Di mushalah ada seorang bapak yang
juga sedang melakukan ibadah. Jadi, aku sibuk dengan pekerjaanku, bapak itu
sibuk dengan pekerjaannya. Sampai akhirnya, kami bertemu kembali diruang
tunggu, aku menyapa bapak itu dan bertanya, bapak kemana, darimana,...ternyata
satu tujuan, dari Solo menuju Bengkulu!. Akhirnya bapak bercerita panjang
tentang pengalaman hidupnya sewaktu tinggal di bengkulu. Kedatangan kali ini ke
bengkulu untuk suatu urusan, hanya beberapa hari. Aku tidak tahu mengapa bapak
menjadi sangat lancar dan mudah bercerita, mengalir sekali..
Memang telat dari waktu yang di
tentukan, aku mengingatkan bapak bahwa nomor pesawat kami sudah di panggil.
Kami berjalan bersama menuju pesawat, sayangnya tempat duduk kami jauh, tidak
ada kesempatan untuk bercerita lagi.. Penerbangan kali ini agak berbeda, agak
memacu adrenalin saat ban pesawat dengan keras menyentuh aspal Bandara
Fatmawati. Goncangan yang kuat membikin
jantung gedebug-gedebug.. ^_^
“ Yona pulang pake apa?”
tanya bapak saat kami turun pesawat
“Pake angkot pak!” jawabku. Kebetulah
memang ayah tidak menjemput. Sedang berlayar ke Pulau Enggano. Tapi adik
bungsuku, iki, sudah ada di depan bandara untuk membantu membawa barang.
“Sama Bapak saja!” tawar bapak.
Aku menolak.. dan tentu saja
berterimakasih atas tawarannya..
Setelah mengambil barang, ops!.
Bapak berjalan ke arahku. Kali ini lebih meyakinkan untuk mengantarku pulang. “kalau
tak ada yang jemput, bapak saja yang antar!” katanya. Di sana sudah ada mobil
dan dua orang lelaki paruh baya yang menjemput bapak. Sedapat mungkin aku
menolak, terus menolak, namun karena tidak enak hati aku akhirnya mengangguk..
Aku, iki, bapak, dan dua orang teman
bapak itu di dalam mobil
“ Yona tadi yang di musholah, ya?..”
tanya bapak
“ Hmmm , kok bapak tahu kalau itu na?.”
“ Terus lakukan salat sunnah dhuhanya
ya!, supaya memperlancar rezeki.” petuah Bapak. Sedikit memang, tapi sekarang,
setiap aku lalai salat dhuha, teringat pesan Bapak. “ Terus lakukan salat
sunnah dhuhanya ya!.”
Di perjalanan, bapak bertanya banyak...
mau kerja apa?, mau kerja dimana?, ayah dan ibu kerja apa?, adik kuliah dimana?
sudah punya calon suami.. ? hmm.. kalau bapak kasih calon boleh ya!. Canda bapak memang renyah.. ^_^
Aku minta maaf karena merepotkan
perjalanan bapak dan teman-temanya.
Bapak bilang, “ kalau ayah yang itu tidak bisa jemput, ayah yang ini kan
bisa antar..” Really nice!
Sesampai di pagar rumah.. aku
berterima kasih kembali dan bapak akhirnya pergi
Sesekali bapak mengirim pesan,
bertanya apakah sudah salat, apakah sehat wal’afiat, dan memberi doa atas
lancarnya urusanku. Bapak meminta untuk sesekali main ke Solo, “Ibu pengen
ketemu sama Yona” begitu katanya.
Seperti skenario sinetron saja, berawal
dari pertemuan di mushalah, bercerita
singkat di bandara.. tapi ada nilai.. sebuah nilai yang sangat mengagumkan dari
pertemuan itu..
Hari ini bapak SMS,
Assalamualaikum Yona, bapak mau
ngadain walimatul ursy hari minggu ini. Yona pasti gak bisa datang kan, doain
ya agar semuanya lancar, Allah memberkahinya. Amin.
Waktu di bandara Bapak juga
bercerita, anak lelakinya yang bungsu akan menikah dalam waktu dekat. Bapak
sumringah sekali waktu bercerita rencana walimatul ursy ini. Lewat dari
sebulan, Bapak masih ingat untuk memberitahuku.
Keping kenangan bersama Bapak, Bapak
Solo, Pengingat Salat Dhuha..
0 comments:
Posting Komentar