Beberapa waktu lalu seorang teman esempe menyapaku di efbi,
“yon, konfirmlah aku tuuu..!” tulisnya.
Seingatku kami sudah berteman di
efbi, aku tanya mengapa minta konfirm
lagi. Ternyata efbi lamanya terkunci.. dan bla..bla.. bla... ceritanya.
“yon, kamu sudah menetap di bengkulu?..”tanyanya
Saat ini iya, tapi belum pasti kedepannya, sekarang aku bekerja disini.
Jelasku.
“di bengkulu saja yon!” katanya
Memang kamu saja yang mau lihat Tokyo Tower, kataku
“Tokyo Tower tidak seindah ceritanya yon, hahahhaa!” jawabnya tertawa,
seperti sepele.
Ya, dia adalah teman baikku yang sekarang bekerja sebagai tenaga kerja
indonesia di negeri matahari terbit, Jepang.
Zeeppp...zeppp....tsseepppp!! (suara pedang)
Memoriku kembali ke masa 9, 10 tahun yang lalu.
Kami “anak cewek” duduk di barisan belakang, tempatku di ujung sudut
sebelah kiri, terpojok!. Sedangkan,
“anak cowok” yang nakal-nakal (pakai sangat) itu di amanahkan duduk di
depan. Jika aku berada di tempatku pada
jam istirahat atau sebelum guru masuk, akan ada yang melempar rerumputan atau
kerikil kecil dari atas ventilasi, tujuannya sampai sekarang tidak aku ketahui.
Terkena lemparan seperti itu sebenarnya tidak sakit, tetapi mengesalkan.
“Woi, ngapoin kalian sih? Jahil
nian!.” Teriakku dengan emosi membara
Biang keroknya siapa lagi, kalau bukan!...
Kadang aku intai dan ketika mereka ketahuan beraksi, aku teriak..
“hoyy...hoyy...hoyy!”,
Aku lempar juga mereka pakai batu. Batu kecil lahh..
Suatu hari temanku yang suka melempar rumput dan kerikil ke mejaku itu
terlibat perkelahian dengan temanku yang lain. Alasannya kudengar, temanku
enggan membelikan rokok yang di minta temanku yang lain itu. Perkelahian itu
sangat tidak sengit, tak ada perlawanan, ketika di pukulpun, dia tidak
menghindar dan tidak lari. “Bodoh sekali!”. Fikirku.
Bahkan aku sempat berteriak, “kalau dak galak balas, menghindarlah!, jangan
galak di pukul cak itu!” (kalau tidak
ingin membalas, menghindarlah!, jangan mau di pukul seperti itu). Tapi, tetap
saja dia berdiri di tempat yang sama.
Aku ajak seorang teman menemui wali kelas (dari dulu sudah punya bakat
pengadu ^_^).
“buk, jangan bilang na yang mengadu ya!” pintaku diplomatis..
Akhirnya wali kelas kami datang, sedikit marah, lalu mendamaikan mereka.
Sampai sekarangpun barangkali mereka tidak tahu ada yang mengadu. Walikelas
kami memang juara.
Zeeppp...zeppp....tsseepppp!! (suara pedang)
Kembali ke masa sekarang.
“yon, mana fotomu di efbi?..”
Bukan public figure belum perlu foto profil pun... itu kataku pada diri
sendiri (dalam hati).
Dan...
Cepek nian kito besak yo!..
sudah menghasilkan beberapa cerita
yang unik pula.
Dari awalnya yang cengeng, berubah jadi sok besar, lalu kita benar-benar
besar!
Tapi ya..
tetap saja cengeng!
Cepek nian kito besak yo!..
Hmm...
Terimakasih karena tidak sombong, untuk masih menyapa..
Kangetnya,
kulihat kau merubah warna rambut menjadi kekinian sekali..
jika nyatanya kau tidak sombong pada makhlukNya, semoga tidak pernah
sombong pada Penciptanya..
semoga tidak pernah tinggal sembahyang!
“yon, kalau aku lah balik kelak, kito ke tempat buk sumi (wali kelas) galak
yon!”.
masyaAllah.. mataku rasanya berkaca-kaca..
“ kito ajak kawan-kawan..!”
“ iyo, kito ajak kawan-kawan..”
Australian man
Scandinavian town
Kicking stones around the square
He sat for a while, forced out a smile
As if someone would care..
Passenger memulai “traveling alone”nya
0 comments:
Posting Komentar