Ramadhan Ke-11
Suatu ketika..
“Na, kita beli bir
yuk!.. coba gimana rasanya.” Pinta seorang kawan.
“Hahh...?.”
“Iya, kita coba rasanya
bir.. aku pengen tahu rasanya.”
“Gak mau ah!.”
“Kenapa?.. takut..?
kita gak akan minum sampe mabuk.”
“Hahahaahaa..” aku
(terpaksa) tertawa.
“Kenapa ketawa?.. aku
serius.. yok kita coba yok!”
“Gak mau!.. kalau kamu mau
minum yaa... aku gak bisa melarang, terserah kamu, tapi aku ndak mau minum bir.”
“Yaa kenapa, karena
haram?..”
“Hmmhh... karena aku
gak mau!.”
Percakapan kami ini
terjadi ketika aku bermain ke kos seorang kawan yang sedang melanjutkan study
di universitas bergengsi ibukota akhir tahun lalu. Aku kaget malam itu, “whats
goin’ on?”. Aku tahu betul dia sedang tidak bercanda.
Aku mengeluarkan kata “terserah
kamu”, kata yang cenderung bersifat acuh, seolah tak peduli. Tapi sebenarnya dengan
kata itu, aku harap memberikan kesempatan kepada temanku untuk berfikir kembali.
Aku tahu jika aku katakan,
“Jangan!... Gila aja
mau minum yang haram. Ngapain kita tunggang tunggit shalat selama ini..”.
Aku pasti dapat
feedback yang berlawanan.
Tidak ada bir malam
itu, dan malam-malam setelahnya.
Malam ini aku teringat percakapan
kami itu. Ntahlah mengapa... mungkin
karena rindu padanya.
***
Kadang, kita merasa tak
menemukan “Jalan Tuhan” pada langkah kita, bahkan saat kita “yakin” telah melakukan
sesuatu yang tepat
Kadang, kita merasa
jenuh menunggu keputusan langit yang belum sampai ke bumi
Kadang, kita tak
menemukan teman padahal setiap hari kita berpapasan dan menyapa banyak orang.
Kadang, kita merasa
sangat sunyi walaupun earphone ber-“degap degup” menyetel musik metal.
Kadang, kita tak ingin
bertanya walaupun belum tahu jawabannya
Kadang, kita diacuhkan
saat hati begitu ingin di timang-timang
Kadang, kita kehilangan
kata sebelum sempat bicara
Kadang, kita ditinggalkan
tanpa diberi alasan mengapa pergi
Kadang, kita harus
mundur tanpa pernah berani maju
Kadang, kita
menghendaki sesuatu yang menjadi milik orang lain
Kadang, kita tidak
sadar diri...
Tidak sadar diri siapa
kita ini...
***
Kadang aku bertanya,
Dimanakah permukaan
bumi tertinggi yang tak sulit di daki?
Dimana lapisan salju
yang tak terasa dingin?
Dimana kobaran api yang
tak membuat terbakar?
Dimana keberadaan orang
yang tidak pernah letih?
Dimana sungai yang tak
mengalir?
Dimana??
Ehmm...
Kita sering mencari
sesuatu yang tidak ada
Kita sering berharap
pada hal yang tidak mungkin
Dan, iyaa..
Kita sering meminta hal yang bukan milik kita....
Tapi semuanya akan
kembali pada “terserah kamu”, terserah kita!.
Apalah arti larangan manusia bagi manusia.
Hanya saja, dalam
fikiranku..
Tidak ada manusia yang tidak pernah merasa gagal.
Bahkan kita sering
gagal menyakinkan diri sendiri bahwa kita bisa melakukan yang terbaik.
0 comments:
Posting Komentar