Rabu, 24 Desember 2014

 Rabu, Desember 24, 2014         No comments

Judulnya ajalah ya yang english-an.. biar ceritera ini lebih mengalir dan bisa dinikmati sambil menyeruput kopi. Sejak aku pulang dari menuntut ilmu kanuragan di tanah leluhur, aku lebih sering bersembunyi di dalam kotak kubus, ukuran 3 kali 3 meter, yang sudah dipatenkan sebagai “Kamar Uni”  sejak aku kelas 4 SD. Tak suka keluar rumah, Yaa... seperti biasa, kecuali jika ada urusan penting seperti ke kantor polisi atau ke pasar.

Kerja apa sekarang? Setidaknya itu pertanyaan para junior atau teman melalui pesan singkat. Sungguh aku tidak suka di bilang pengangguran hihihi.. cuci piring tiap hari, cuci baju tiap 2 hari, giling cabe (kadang-kadang), bikin kopi tiap pagi, jelas itu rutinitas yang tidak sesepele pengangguran.  Satu pekerjaan terberat adalah menemani ibu ke pasar. .. temani beli beras, beli cabe, beli telur, beli sayur..  Jangan sepelekan kerja perempuan!. Belum lagi kerja meramu yang dibeli dipasar tadi hingga berada di tudung saji.

Mungkin antara aku dan fresh graduate lain punya teknik, metode, atau apalah namanya yang berbeda untuk melanjutkan kehidupan. Dan dari jalan yang kita pilih, kita bisa menilai karakter diri sendiri.  Oke-oke,  kita kesampingkan dulu persoalan ini, kita kembali ke judul di atas..

A Man and His Queen

Hari ini (kalau tak salah) kali ketiga kau menemani ibu keliling Pasar Tradisional Panorama Bengkulu (Lengkaplah ya alamatnya). Jika mengikuti ibu ke pasar, seluruh sudut pasar akan di telusuri. Dari jalan becek sampai toko bermarmer. Beli mainan anak-anak sampai bawang merah. Lengkap!! Komplit!. Sampai di rumah biasanya aku langsung ketiduran karena capek.  Tapi, aku jadi tahu ciri cabe yang baik, tempat yang murah, ciri-ciri kerupuk ubi yang garing.. wahh banyaklah!!

Nah, tadi kami sedang berada di Toko Uda Roni, itu nama tokonya loh!, yang menjual bumbu masak. Aku melihat kearah penjual ikan. Di sana ada seorang lelaki muda dengan plastik hitam besar di tangan dan wanita lebih dari paruh baya, si ibu lelaki muda itu. Aku melihat, mereka saling tawar menawar dan menunjuk-nunjuk ikan. Hari ini mendung, lepas hujan lebat malam tadi, cuaca tidak terik seperti biasa. Aku terperangah pada orang-orang yang kulihat. Dia mau menemani maknya ke pasar ikan yang bau, dia membawa kantong hitam yang sama sekali tidak lebih keren dari tas p*lo,  dia tidak malu berjalan di belakang  maknya bahkan menggandeng tangan maknya.  Loca.. ya jalan  loca..  jalan becek, tapi dia tak sungkan.  Pemandangan yang sangat baik untuk di tiru.

Selepas dari Toko Uda Roni kami mampir ke Toko Baju Batik, Batik Kencana Ungu ada pilihan pakaian sehari-hari ibu. Di toko itu kami juga berjumpa dengan mak dan anak lelakinya. Santai  Mak memilih baju, sang anak yang membawa belajaan. Sayangnya, ketika mereka akan meninggalkan toko, barang bawaan sang anak terjatuh.. isinya telur ayam, pecah semua!. Melihat insiden itu ibuku berkomentar “ Anak bujang disuruh bawa belanjaan, manalah dia tahu!”.  Benar kata ibuku, maknya salah! Untuk belanjaan dapur seharusnya mak itu saja yang pegang . Karena anak lelaki umumnya tidak terlalu sensitif untuk memikirkan apakah telur akan pecah, atau minyak akan tumpah, atau penyet, terhimpit, dan sejenisnya.  Alamiah begitu.. ^_^, Hukum alam kata orang.

Dari dua pemandangan itu, imajinasiku melesat pada cerita lampau, Alqamah. Dia yang dikenal taat tapi mengalami kesulitan saat sakaratul maut. Tak dinyana, sang ibu merasa tersakiti karena sejak Alqamah menikah. Alqamah lebih memilih istrinya, memberikan yang terbaik untuk istri, mendahulukan istri. Luka hati ibunda alqamah menyebabkan  sulitnya alqamah saat sakaratul maut, bahkan  alqamah diperintahkan untuk di bakar saja.  Setelah ibunda memaafkan kesalahan Alqamah, barulah ia dapat menghembuskan nafas terakhir. 

Hmm...Jika kita perhatikan!. Perilaku Alqamah sering muncul pada banyak laki-laki masa kini. Di televisi, di media sosial, di depan mata kita sekalipun,  banyak yang berlebihan memuji pasangan, secara ekstrim berbuat begini-begitu, tapi itu tidak sebanding dengan cara mereka memperlakukan ibu mereka...

Syurga... Ya!.. Syurga perempuan terletak pada suaminya, syurga suami terletak pada ibunya..

"Ratumu adalah ibu dan tidak akan pernah ada di atas itu.."

Belajar kita, semoga!.. supaya tidak melakukan sesuatu yang terbalik. Belajar kita, semoga!.. Dari cerita-cerita lampau...




0 comments:

Posting Komentar

About Me

Foto saya
Padang - Bengkulu
Hii, my name is yona//25 yo// Pharmacist// Teacher// Love writing, reading, traveling, and culinary// English learner.

Popular Posts

Categories

TAMU