Sabtu, 02 April 2011

 Sabtu, April 02, 2011         5 comments


“ yona dimana sekarang?.” Tanya mak mas (paman) dari handphone.
“ Di angkot mak, mau pulang ke wisma, ado apo tuh?.” Tanyaku balik
“ bisa pulang sekarang?.”
“ hmmm…..” aku menjawab lama.
“ bisa pulang sekarang nggak, kalau nggak ya nggak apa.”
“ kalau besok gimana mak?.”
“ sekarang ndak bisa yo?. Umi na….”
Sekarang jantungku berdebar kencang. Umi…..??!!!
“ umi lah pai…..” mak mas melanjutkan.
Seketika seluruh persendian rasanya ngilu. Umi lah pai…..
“ na…..” mak mas masih bicara
“ na…..” kali ini sedikit bertenaga.
“ yo mak…..”
“ bisa pulang?.”
“ ya… na buat surat izin dulu untuk kuliah dan praktikum besok.”
Umi lah pai….. umi lah pai…. Itu terus yang ada di benakku.

Ingat beberapa tahun silam saat bercengkarama dengan ibu.
“ buk, kenapa na panggil umi tuh umi, kenapa bukan nenek?.”
“ ya, yona dulu di ajari manggil nenek tidak mau, maunya panggil umi.” Jawab ibu sekenanya.
“ oh….itu karena ikut-ikut ibuk! Kalau sekarang na ubah aja jadi panggil nenek gimana buk?.”
“ ah… nggak usah, panggil umi aja! Biar umi tampak muda.”  
Begitulah,
Nenek aku panggil dengan sebutan umi.
Cucu umi yang lain menjadi follower, hanya beberapa orang yang setia memanggil nenek.

Dua tahun ini umi di diagnosa menderita hipertensi
Karena sempat jatuh, akhirnya tubuh umi melemah
Sempat tidak sanggup berjalan sendiri dan harus dipapah
Libur semester januari kemarin ibu datang dari Bengkulu, khusus untuk merawat umi.
Kurang lebih sebulan, setelah melihat perkembangan kesehatan umi yang membaik , ibu memutuskan pulang.
Ayah dan dua adikku tentu juga butuh ibu.
Ya…. mungkin itulah waktu terakhir ibu ber-birrul walidain kepada umi.
Aku saksikan ibu dengan sabar memandikan, menyisir rambut, memberi bedak, memasaki, menyuapkan, mengurut, dan  menjemur umi di  panas matahari pagi.
Suatu kali ibu menyuruhku membuat kentang  gulai putih untuk umi.
Aku pergi ke tempat umi dan menyuapinya dengan gulai buatanku.
“ nah mi, ini ona yang buat, makan yuk!.” Tawarku semangat.
“ ndak…. Ndak nio makan do.” Tolak umi serius
“ lah mi, jangan kecewakan cucu! Ayolah mi, dikit aja…. Ayo…. Duduk….!” Ajakku seraya membantu posisi duduknya.
“ ini pasti enak, buka mulut umi… ak…..”
Umi segan membuka mulut,
“ ak mi…. ak…” aku membuka mulut lebar agar ditiru umi.
“ nah…kan ini bagus, kenyang perut kita.” Ocehku ketika berhasil memasukkan suapan pertama….
Akhirnya aku berhasil menyuapi umi sebanyak 5 kali. Kerja bagus!!!

sabtu 26 maret 2011, saat terakhir aku bicara dengan umi melalui Hp.
“ halo mi. umi sehat?.”
“ nggak bisa jalan lagi.” Jawab umi tertatih
“ umi sabar ya!, banyak-banyak zikir biar hati tenang. Obat dokter jangan malas dimakan, biar tekanan darah umi terkontrol. Salat jangan pernah ditinggal ya mi!, Dengar na khan?... Salat sambil tidur nggak apa kok, sah!.” Nasihatku bertubi-tubi.
Umi menjadi pendengar yang baik, beliau menyanggupi seluruh permintaanku.
Hanya 4 hari saja, setelah kami bicara…. Umi pergi dan tidak memberitahuku terlebih dahulu

Aku teringat ayek (kakek), yang telah bersama umi lebih dari 50 tahun.
Ditinggal istri tercinta, duhai alangkah sedih….
Ibupun demikian, tak henti meneteskan air mata melihat  jasad pucat dihadapannya.
“ kenapa umi ndak menunggu ambo.” Rintih ibu perih…
Sebenarnya ibu telah berniat ke sijunjung tanggal 2 april besok setelah kiki ujian.

Ku usap pipi dan telapak kaki umi berkali-kali…. Sangat dingin. Dalam hati aku bertanya,
“ Mi, umi kedinginan yo?.”
Bodohnya!!!,
Kadang malah aku berharap umi membuka mata dan bilang,
“ umi masih hidup kok!.”

Memori ingatanku terdampar ke peristiwa silam.
“ Umi na pengen nian sikucuik.” Pintaku manja.
Tak ayal sorenya kutemukan sikucuik berteman durian diatas meja.
“ Tuh makanlah sikucuik ona!.”  suruh umi.
Cihuy…..!!!
Sikucuik itu beras ketan yang di lumuri santan, dibungkus daun pisang kemudian di tanak. Biasanya dimakan bersama durian. Sikucuik umi dahsyat nikmatnya…..
“ umi, sekarang di tempat kita musim durian…. ndak bisa lagi na rasakan sikucuik buatan umi……”
Aku lupa kapan terakhir menikmati sikucuik buatan beliau…

Sekeliling rumah umi dipenuhi pohon rambutan dan mangga. Jika musim buah tiba, umi senantiasa berpesan kepada orang rumah,
“ yona belum pulang lagi, jangan dihabiskan mangga dan rambutan itu yo!.”
Di telepon umipun  rewel,
“ tuh mangga sudah masak, nanti habis!. Kapan pulang?”
Dan begitulah umi, selalu menanyakan bilo baliak…..???

Ketika beliau  masih berjualan lontong, pical, ketan, dan gorengan.
Pas  pulang kampung aku puas disuguhi sarapan lontong atau ketan plus goreng pisang.
Bunda kadang marah besar, “ yona ko ndak boleh makan ketan do mi! jangan dikasih lagi!”
“ sedikit ndak apo do.” Protes umi….
Bunda bernafas berat, sementara aku tersenyum senang…..
“ kayak itu sayang umi sama kamu yon, kalau cucu yang lain tidak pernah digituin.” Ungkap bunda.
Ya nda…. Na pun merasa.

Umi…….
Besok-besok tidak ada lagi yang ingat menyisakan mangga dan rambutan untuk na
Besok-besok tidak ada lagi yang nanya, “ ona mau bawa beras ke padang?.”
Besok-besok tidak akan na dengar lagi permintaan “ na tolong urut punggung umi!.”
Besok-besok tidak akan ada lagi lontong, pical, dan ketan nikmat buatan umi
Besok-besok na cuma bisa berkunjung ke gundukan tanah merah, tempat umi sekarang terbujur tenang…
Besok-besok na cuma bisa tidur sendiri di tempat umi.
Besok-besok na cuma bisa makan malam berdua dengan ayek. Padahal biasanya kita makan bertiga. Umi yang selalu panggil na untuk makan bersama.

Umi….
Na senang bisa ikut memandikan umi….
Na tidak tahu apa yang umi rasakan….
Umi tidak bergerak memberi aba-aba apalagi bicara…
Apakah Umi kedinginan karena air yang dipakai tidak bercampur air hangat
Atau kesakitan karena gosokan sabunnya terlampau kuat…..

Umi…. Semoga kubur umi terasa lapang dan diliputi cahaya…
Semoga mungkar wa nangkir menanyakan umi dengan lembut
Semoga amalan umi diterima sempurna disisiNya…
Amin…..

Terima kasih umi….
Telah memanjakan na selama ini….
Telah melebihkan na dari yang lain….
Telah memerhatikan na sedetil mungkin….
Telah menabur hikmah di kehidupan na….
Telah melahirkan  seorang ibu yang sempurna untuk na….

Umi sudah pergi…..
Selamat jalan umi…
Yona sayang umi,
Selalu!....
 
“ ketika air mata menjadi bukti kasih sayang, menangislah saja!  Bukan untuk meratap, tapi untuk menimbang-nimbang , bahwa kelak kita juga bakal kesana……”
(Wisma muthiah, 2nd floor, 010411)

5 komentar:

  1. Assalamu'alaikum.
    Turut berduka cita. Kalau saya memanggil nenek dengan panggilan ibu.

    BalasHapus
  2. Assalamu'alaikum.
    Turut berduka cita.

    Kalau saya memanggil nenek dengan sebutan ibu.

    BalasHapus
  3. wassalamu'alaikum.....
    terima kasih mas widodo...

    apa ibu(nenek)nya masih ada?...
    kalau masih, jangan sungkan untuk menjadi cucu terbaik!!!

    BalasHapus
  4. Assalamualaikum Ona..
    Terharu Ni bacanya Na...
    Ona beruntung, Ni saat lahir tak pernah bersua dengan nenek kandung (beliau sudah meninggal). Begitupun dengan kakek kandung. Pernah bertemu sekali dengan kakek, itupun dalam kondisi Ni tidak sadar itu adalah kakek Ni... (nenek dan kakek Ni berpisah,dan sudah jarang menjenguk anak2nya, jadi Ni tidak diperkenalkan dengan yang namanya kakek).Beliau juga sudah meninggal.
    Nenek dan ayek dari pihak Papa pun sudah berpulang. :(

    Tapi alhamdulillah Ni punya nenek, atuak, ayek, yang lain. Etek dan pak etek-nyo Mama. Ni memanggil beliau juga dengan "IBU"....

    bersyukurlah ona mendapatkan kasih sayang terbaik dari Umi.
    Do'akan beliau selalu Na..,
    Ni juga cuma bisa menitipkan do'a untuk beliau-beliau yang sudah tiada.Walau belum pernah berjumpa, ataupun dibelai seperti umi membelai Ona. Namun Ni yakin, beliau2 adalah orang orang yang sayang kepada cucunya.

    Semoga kita dipertemukan dengan mereka yang kita rindu dan cinta di dunia ya Ona...

    :)

    BalasHapus
  5. amin rabbi....
    makasih aini sudah membaca...

    jadi terasa sekali petualangan di dunia ini sebentar...
    rasanya baru kemarin orang-orang tercinta ada di dekat kita....


    moga setiap kepergian memberikan pelajaran dalam hidup hingga kita mempersiapkannya sematang mungkin....

    BalasHapus

About Me

Foto saya
Padang - Bengkulu
Hii, my name is yona//25 yo// Pharmacist// Teacher// Love writing, reading, traveling, and culinary// English learner.

Popular Posts

Categories

TAMU